WASHINGTON - Terapi eksperimental menunjukan lebih efektif meningkatkan ingatan ketimbang zapping otak dengan semburan listrik kecil. Tim ilmuwan syaraf dari University of Pennsylvania merupakan yang pertama, yang menunjukan bahwa rangsangan listrik ke otak dapat memiliki efek restoratif. Diterbitkan dalam Current Biology, penelitian tersebut merupakan salah satu proyek yang paling melelahkan. Penelitian membahas bagaimana jenis simulasi otak berpotensi mengurangi tanda-tanda dimensi dan membantu mengatasi kehilangan memori akibat luka kepala dan cedera otak traumatis yang umum terjadi pada tentara yang kembali dari perang.

Mendapatkan dana dari US Department of Defense, penelitian ini dilakukan selama empat tahun yang disebut “Restoring Active Memory”, di mana bertujuan untuk pengembangan perangkat implan sepenuhnya yang akan mengembalikan fungsi memori yang hilang.
Penelitian ini dilakukan pada kelompok uji individu dengan epilepsi, karena kondisinya dapat mempengaruhi memori dan melibatkan serangkaian tes memori di mana peserta mendapat stimulasi ke area otak yang diidentifikasi terkait dengan pengkodean memori.

Para periset menstimulasi otak dengan keadaan fungsi tinggi dan rendah. Dan, ketika memori meningkatkan rangsangan di fungsi rendah, peserta menghasilkan nilai rendah dari biasanya ketika stimulasi terjadi dalam keadaan yang sudah berfungsi tinggi.

Laporan New York Times yang dikutip dari Gizmodo, mengungkap studi sebelumnya pada stimulasi otak dalam, yang memiliki hasil yang beragam. Beberapa ahli percaya bahwa stimulasi listrik otak dapat menajamkan ingatan.

Namun, yang lain mengira itu hanya akan merusak otak. Penelitian baru ini menawarkan wawasan lebih jauh tentang keberhasilan dan kegagalan masa lalu, dengan menunjukkan bahwa inilah saat stimulasi menjadi kunci.