Semakin maju dan sibuknya masyarakat, seperti Jakarta, membuat ikatan sosial semakin longgar. Orang cenderung sibuk dengan urusannya sendiri dan egosentris. Kondisi ini bisa menumbuhkan perasaan kesendirian yang sangat berbahaya bagi penderita Gangguan Bipolar (GB). Kesepian tanpa teman dan tak bersosialisasi dengan baik jika dibiarkan bisa memicu depresi. Efek yang paling buruk kondisi tersebut bagi penderita GB adalah bisa meningkatkan risiko bunuh diri.

" Pasien GB biasanya mengalami perubahan mood yang dramatis, dari mood yang meningkat atau iritabel (manik/hipomanik), menjadi mood yang sangat menurun (depresi)," kata dr. A. A. A. Agung Kusumawardhani, SpKj (K), psikiater dan Kepala Departemen Psikiatri RSCM dalam konferensi pers Gangguan Bipolar vs Gaya Hidup Modern yang diselenggarakan  oleh Perhimpunan Kedokteran Jiwa Indonesia Jakarta (PDSKJI Jaya) di Jakarta pada (30/3/2017).

Menurutn Agung, jumlah pengidap GB di Indonesia bervariasi antara 1-4 persen dari populasi. Sementara risiko untuk laki-laki dan perempuan tergantung pada tipe gangguannya.

Pada GB tipe I, perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 1:1 sedangkan pada GB tipe II letak perbandingan lebih besar di bagian perempuan, yaitu 1:2.

" Penyakit GB merupakan bersifat kronik, serius, dan berpotensi fatal (bunuh diri), namun dengan adanya diagnosis yang tepat serta terapi berkelanjutan, GB dapat dikendalikan," ujar Agung.

Ternyata, lanjutnya, sering terjadi salah diagnosis pada penderita GB sebagai depresi, ansietas, skizofrenia, penyalahgunaan zat atau gangguan kepribadian. Salah satu cara untuk menganalisisnya adalah melakukan skrinning menggunakan Mood Disorder Questionnaire (MDQ) yang dilakukan oleh psikiater.

Selain lewat tes medis, ada cara praktis untuk mengidentifikasi apakah seseorang berpotensi mengalami GB. Yaitu dengan mengetahui kebiasaan seseorang yang secara klinis mengalami depresi, dan dalam riwayatnya ditemukan tiga atau lebih masalah berat yang berulang.

" Misalnya mengalami tiga atau lebih episode depresi berat, kondisi depresi tidak membaik walau telah diterapi dengan 3 jenis antidepresan. Gagal dalam perkawinan tiga kali atau lebih. Menjalani tiga profesi atau pekerjaan sekaligus, menyalahgunakan 3 macam zat, berperilaku impulsif (judi, kebut-kebutan, seks bebas) atau memiliki pacar 3 atau lebih secara simultan,” ujar Agus.