Belum pas rasanya apabila berwisata ke Kota Sabang, Aceh, tidak menyempatkan diri datang ke Pulau Rubiah di Desa Iboih. Di sana bisa ditemui sisa bangunan asrama haji zaman kolonial karena pulau ini duku menjadi tempa persinggahan terakhir dari kapal jamaah haji yang hendak pergi ke Jeddah.

Kini sisa bangunan tempat karantina haji memang sudah tak terawat. Wisatawan pun lebih menyukai mengamati aneka ikan hias dengan melakukan snorkling atau menikmati taman laut dengan menyelam (diving).

"Pulau Rubiah memang tidak saja dikenal sebagai objek wisata menarik, tapi memiliki nilai sejarah, karena daerah itu untuk pertama kali dibangun Asrama Haji,'' kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sabang Zulfi Purnawati.

Menurutnya, pada tahun 1920-an pulau Rubiah yang artinya pulau 'permata rubi' berfungsi menjadi tempat karantina jamaah haji Indonesia sebelum diberangkatkan dengan kapal ke Tanah Suci.''Saat Pemerintah Belanda pada waktu itu, setiap jamaah haji Indonesia, baik yang mau berangkat dan pulang, harus singgah dulu di Pulau Rubiah,''

Memang, meski Pulau Rubiah merupakan tempat bersejarah, namun pulau ini belum mendapatkan perhatian serius, sehingga sisa bangunan asrama dan karantina haji sudah tidak dapat ditemui lagi Yang ada hanya tinggal sisa bangunan berupa pondasinya saja. Dan bila masih ada sisa bangunan asrama haji era kolonial itu, namun kondisinya memprihatinkan alias kurang perawatan. Akibatnya, bila ada wisatawan yang berkunjung ke tempat tersebut mereka pun merasa mendapati kondisi yang kurang nyaman.

Sebenarnya bila pemerintah setempat mau merawat dan memberdayakan pulau tersebut, potensi wisata sejarah dan alam dari Pulau Rubiah ini cukup menjanjikan. Apalagi bila masyarakat Aceh tahu bila di zaman Perang Aceh dahulu pulau ini juga dipakai pemerintah Kolonial Belanda sebagai tempat untuk menahan para pejuang Aceh.

Pada saat ini,  terutama di musim iburan, khususnya menjelang akhir tahun, kunjungan wisatawan domestik ke Sabang meningkat 25 persen dari hari biasanya.

"Pada libur akhir tahun kunjungan wisatawan meningkat sekitar 25 persen," kata Kepala UPTD Pelabuhan Balohan, Sabang, Abdurrani. Wisatawan domestik yang berkunjung ke kawasan strategis pariwisata nasional Sabang, dominan berasal dari Sumatera Utara dan Pulau Jawa.

Dikatakannya, dampak dari meningkatnya kunjungan wisatawan tersebut maka jadwal pelayaran pun bertambah satu trip dari Sabang-Banda Aceh dan sebaliknya." Bila pada hari-hari biasa, Kapal KMP BRR (kapal lambat) hanya berlayar dua kali pulang pergi (PP) dari Sabang-Banda Aceh dan sebaliknya, maka karena terjadi lonjakan wisatawan kami menambahkan trip pelayarak tiga kali PP," jelas Abdurrani.

Ada pun jadwal pelayaran Kapal KMP BRR dari Pelabuhan Balohan, Sabang menuju Pelabuhan Ulee-Lheue, Banda Aceh pukul 07.00, 13.00 dan pukul 19.00 WIB, kemudian sebaliknya pukul 10.00, 16.00, 22.00 WIB. Kapal Cepat Express Bahari berlayar dari Sabang - Banda Aceh pukul 08.00, 14.30 dan 16.00 WIB, lalu dan sebaliknya pukul 09.30 dan 16.00 WIB.

Selain transportasi laut, untuk ke Sabang juga bisa melalui udara dengan menggunakan Maskapai Garuda Indonesia jenis ATR 72-600 dan PT Lion Group jenis Wings Air.

Pelaksana tugas Wali Kota Sabang T Aznal Zahri menyatakan dua maskapai penerbangan (Garuda ATR 72-600 dan Wings Air) melayani rute Kualanamu, Sumatera Utara - Sabang. "Biasanya libur akhir tahun kunjungan wisatawan meningkat drastis ke Sabang dan untuk mengantisipasi lonjakan wisatawan tersebut dua maskapai sudah siap melayani wisatawan dari Bandara Kualanamu tujuan Sabang," kata Aznal