BEIJING - Mahasiswa Beijing Foreign Studies University (BFSU) mendapatkan mata kuliah pelajaran Bahasa Jawa dua kali dalam sepekan. "Mata kuliah Bahasa Jawa diajarkan setiap hari Senin dan Selasa. Yang mendaftar mata kuliah ini empat orang, namun yang masuk kelas mata kuliah ini totalnya delapan orang," kata staf pengajar BFSU, Hendy Yuniarto MA, kepada Antara di Beijing, Selasa.

Empat orang yang mendaftar mengikuti pelajaran Bahasa Jawa, menurut dia, semuanya mahasiswa BFSU jurusan Bahasa Indonesia, dan empat lainnya mahasiswa BFSU dari Malaysia dan mahasiswa Institut Konfusius.

"Mereka yang mengambil mata kuliah ini sedikit tahu tentang Jawa atau pernah ke Jawa untuk berlibur, belajar, atau bekerja," kata peraih gelar sarjana dan magister linguistik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta itu.

Mereka tidak banyak tahu tentang Bahasa Jawa sebelumnya, dan terlihat antusias saat mengikuti perkuliahan tersebut.

Pengajaran Bahasa Jawa di BFSU difokuskan pada percakapan sehari-hari karena menurut Hendy percakapan lebih praktis dan berguna untuk komunikasi langsung di lapangan.

"Materi yang mereka pelajari dibagi dalam beberapa topik komunikasi sehari-hari. Setiap topik ada dua bagian, bahasa ngoko dan krama," kata pria 27 tahun kelahiran Yogyakarta itu.

Dia belum memberikan materi penulisan aksara Jawa, meski sebagian mahasiswa meminta diajari membaca dan menulis aksara Jawa, yang pernah mereka lihat di relief candi dan nama-nama jalan di beberapa kota di Pulau Jawa, terutama Yogyakarta.

"Kalau ada materi lanjutan mungkin akan saya beri. Ini baru mata kuliah pertama," ujar Hendy, yang sedang menyusun materi perkuliahan Bahasa Jawa.

Ia mengatakan mata kuliah Bahasa Jawa baru pertama kali diajarkan di daratan China.

"Tahun 2001 pernah akan diadakan mata kuliah ini oleh warga keturunan Tionghoa yang baru pulang dari Indonesia. Namun belum bisa terlaksana," kata Hendy, yang mulai mengajar di BFSU pada 2015.