Setelah BlackBerry meluncurkan smartphone Android Aurora pekan ini, dan HMD Global merilis smartphone Nokia di MWC 2017 pekan lalu, lembaga riset IDC meramalkan keduanya bakal memiliki tantangan besar untuk kembali ke pasar Indonesia. Kondisi pasar dinilai telah berubah sejak BlackBerry dan Nokia menikmati masa kejayaannya. Ketatnya kompetisi dalam berbagai bentuk dipercaya akan menjadi penghambat bagi pertumbuhan pangsa pasar Nokia dan Blackberry, terutama di pasar smartphone.

IDC melihat dengan beralih ke Android akan mampu untuk lebih diterima di pasar smartphone Indonesia. Akan tetapi, pasar smartphone di Indonesia saat ini juga sudah dipenuhi oleh vendor ponsel asal China yang lebih agresif, seperti Oppo, Vivo, dan Xiaomi.

“(Smartphone) Nokia dan BlackBerry memang memiliki spesifikasi yang mumpuni, namun mereka ditempatkan pada rentang harga yang sudah dipenuhi oleh vendor-vendor asal China," kata Risky Febrian, Associate Market Analyst, Mobile Phone, IDC Indonesia dalam keterangan tertulis yang diterima KompasTekno, Jumat (10/3/2017).

Vendor-vendor tersebut menurut Risky telah sukses bukan hanya dalam penentuan harganya, tetapi juga dengan fitur populer, seperti kamera selfieyang di atas rata-rata.

"Di sanalah letak tantangan bagi Nokia dan BlackBerry, yaitu memiliki spesifikasi yang mumpuni saja belum cukup untuk menarik perhatian konsumen,” imbuh Risky.

Regulasi TKDN juga disebut Risky akan menjadi tantangan berikutnya. Pemerintah Indonesia telah menetapkan bahwa seluruh ponsel 4G harus memenuhi tingkat kandungan lokal sebesar 30 persen di tahun 2017.

Walaupun regulasi ini tidak akan berpengaruh kepada Blackberry Aurora, karena sudah memenuhinya, regulasi ini akan tetap berpengaruh terhadap smartphone Nokia lainnya, di mana proses pemenuhan persyaratan tersebut dapat berlangsung lama.

Mengenai bagaimana Nokia akan memenuhi persyaratan regulasi ini masih belum dapat dipastikan hingga saat ini.

“Bagaimanapun juga, Nokia dan BlackBerry harus memusatkan fokus pada strategi pemasaran di Indonesia, yaitu dengan melalukan kegiatan promosi yang gencar seperti memanfaatkan aktivitas kampanye below the line dan above the line yang sudah terbukti dapat mendorong penjualan di Indonesia,” ujar Risky.