ANTARA RUSMAN DAN RATNA - terjadi ketegangan dalam menyikapi masalah Ibu yang ingin anak dari darah dagingnya sendiri. Dan bukan anak hasil adopsi. Ratna sepertinya merasa tersinggung dan mulai diabaikan Ibu karena masalah ini. ''Masalah Rat belum memiliki keturunan, itu kan urusan Yang Di Atas. Kita belum diberikannya rezeki. Bagaimana harus soal itu dipaksakan. Kita juga sedang berupaya berobat ke sana ke mari. Usaha untuk itu kan sudah kita lakukan. Tak berdiam diri saja..'' ujar Ratna yang kian digerus emosi jiwa.

''Soal itu abang paham dan mengerti. Soal Ibu, itu abaikan saja lah. Itu kan kehendaknya, tidak usah kita larut dengan persoalan Ibu itu'' Rusman mencoba menenangkan dan memberikan pengertian soal keinginan Ibu nya itu dan tak perlu diambil asih.

''Abang bisa saja mengatakan itu. Tapi Ratna yang merasakannya. Siti sendiri kan sudah mau kalau Icha tinggal bersama Ibu. Apalagi...? Biar lah dulu begitu, sementara kita terus berusaha'' ujar Ratna dengan wajah memelas.

''Soal Icha itukan masih wacana, dan abang berpikir apa yang dikemukakan Siti sepertinya hanya ingin Ibu sembuh. Setelah itu belum tau juga apakah dia akan ikhlas dan rela memberikan Icha di tangan Ibu'' kata Rusman terus berusaha membujuk hati Ratna yang kian melepuh disebabkan sikap Ibu yang kian cuek saja pada dirinya.

''Rat juga paham tentang maksud Siti itu. Tapi apa salahnya, jika abang juga berusaha untuk berperan melunakkan hati Siti agar apa yang dikemukakannya itu bisa terwujud'' kata Ratna seraya tegak sambil berpeluk tangan menuju pintu depan. Dia tegak diambangnya seolah ingin menenangkan keresahannya.

''Yah... Abang akan mencoba menemui Siti untuk meminta keseriusannya'' kata Rusman sembari tegak juga dan berjalan menuju Ratna dan tegak dibelakangnya.

''Rat.. paham. Bagaimana pun ini semua kesalahan Rat... Tidak mungkin Abang. Buktinya, abang bisa memberikan keturunan pada Siti. Namun, ini kan bukan kehendak Ratna. Seharusnya Ibu maklumi itu'' ujar Ratna. Kali ini suaranya agak serak mungkin dia sedang menahankan sesuatu yang sedang bergejolak di jiwanya.

Dia berbalik dengan wajah muram. Seolah dia tak menghiraukan Rusman yang tegak di belakangnya. Ratna bergegas ke kamar dan merebahkan tubuhnya yang sintal itu ke atas ranjang. Rusman yang terus mengikutinya duduk di bibir ranjang.

''Atau ini semua salah Ratna juga yang telah merebut Abang dari tangan Siti'' ucap Ratna seraya bergerak duduk dan bersandar di bingkai ranjang dengan kedua kaki dilunjurkan lurus. Dia meraih bantal dan memeluknya ke dada.

''Abang tak pernah merasa Ratna merebut abang dari tangan Siti...'' kata Rusman sambil tegak dan merentang-rentangkan tangannya. (Bersambung)

Cerita Sebelumnya...

Cerita Selanjutnya...