KEINGINAN IBU RUSMAN - untuk mengusai cucunya Icha secara utuh. Ternyata bukan main-main. Biasanya Icha hanya seminggu paling lama. Namun akhir-akhir ini justru ingin lebih lama lagi. Bahkan minta sampai sebulan. Awalnya Siti tak begitu menjadi masalah. Namun dikarenakan Siti merasa kalau Icha ingin dikuasai sepenuhnya oleh keluarga Rusman. Siti mulai bereaksi. Hari itu setelah dia pulang dari mengajar dan Icha yang sudah sebulan tinggal bersama keluarga Rusman tetapi belum juga diantar, padahal sebelumnya Siti sudah minta Rusman atau Ratna mengantarkan ke rumahnya segera menelpon Rusman.

''Bagaimana ini Bang... Sepertinya Abang sudah melanggar kesepakatan... tentang Icha?'' kata Siti setelah hubungan telpon tersambung dengan Rusman.

''Ini semua keinginan Ibu abang. Untuk sementara mohon Siti bisa menenggang sedikit. Kasihan Ibu, dia terlalu sayang pada Icha..'' terdengar suara Rusman agak serak di ujung sana.

''Ini bukan soal sayang tak sayang Bang. Siti mengerti, Ibu itu kan neneknya juga. Tapi, bagaimana dengan Siti, Ibu kandungnya...? Lalu bagaimana dengan kesepakatan kita...?'' nafas Siti mulai sesak. Dia seolah digempur emosi jiwa.

''Abang sebenarnya sudah memberitau Ibu soal kesepakatan kita. Tapi sepertinya Ibu masih belum menerima...?''

''Masih belum menerima gimana...? Yang melakukan kesepakatan kan kita. Kenapa Ibu pula yang mendikte kesepakatan itu...? Seharusnya abang yang memberikan pemahaman. Ini seolah-olah abang anggap sepele saja'' suara Siti mulai keras. Tak ada reaksi jawaban Rusman.

''Begini saja, Siti beri waktu seminggu lagi. Jika juga diabaikan. Siti akan menjemput paksa Icha'' karena Rusman tak juga menjawab kata-katanya. Siti mengancam Rusman.

''Kok gitu...???'' jawab Rusman.

''Kok gitu gimana...? Abang jangan bermain dengan kata-kata. Seolah bicara abang kekanak-kanakan. Enteng saja bagi abang semua masalah.. Ingat Bang. Sekarang ini, sosok Siti bukan Siti yang dulu lagi. Penuh pasrah- mengalah. Tetapi, kini sudah lain. Jadi abang jangan bermain-main api lagi dalam masalah ini'' Siti memberondong Rusman dengan berbagai ketegasan.

''Jangan sampai nanti, Siti menuduh abang menculik Icha..'' kata Siti lagi seolah mengancam dan mengultimatum Rusman agar mau biacara. Karena beberapakali dia ajukan tanya, Rusman sepertinya tak langsung menjawab. Selalu diam.

''Menculik bagaimana...? Masa abang menculik anak sendiri..'' kata Rusman. Bicaranya mulai tak jelas arahnya. Tak punya kesimpulan dan selalu mengulang-ulang bicara Siti.

''Ya... sudah lah. Tak perlu lagi kita berdialoq. Siti beri batas waktu seminggu. Bagi Siti percuma saja bicara sama abang yang memang sikapnya sejak dulu selalu cuek. Tak bertanggungjawab. Semua masalah dianggap enteng saja'' Siti memutuskan hubungan telpon. (Bersambung)

Cerita Sebelumnya...

Cerita Selanjutnya...