SESAAT RUSMAN BAGAIKAN TERPAKU - Dia sepertinya tak menyangka sikap Siti setegas itu. Bahkan dia tak menduga sama sekali jika persoalan cerai digelar di ruang restoran yang pertemuannya pun tak pernah direncanakan. Siti hanya menatap ubun-ubun Rusman yang duduk terpekur di depannya sambil berpeluk tangan. Sementara Rizal hanya biasa-biasa saja menyaksi kan adegan suami isteri yang masih tertaut dengan nikah secara Siri itu.

''Sepertinya abang ragu...?'' kata Siti lagi seolah mendikte dan mendesak Rusman yang masih tampak bimbang dan ragu untuk membuat naskah menceraikan Siti.

Rusman tak bereaksi dengan kata-kata Siti. Dia menarik nafas beberapakali. Sesekali dia melihat kearah Siti dengan tatapan sayu. Lalu Siti membuang muka kearah lain. Seolah dia tak mau bertatapan muka dengan Rusman. Kebencian dan ketidaksukaannya terus saja ditampilkannya di depan Rusman.

''Kita kan inginkan semuanya berjalan secara baik. Kita tuntaskan secara damai dan tidak ada lagi sakit hati dan dendm. Maka jalan satu-satunya, kita pisah. Itu saja. Seharusnya abang ambil peluang ini. Jangan malah abang mempersulit diri sendiri,'' kata Siti yang masih terus saja bagaikan menekan Rusman agar tak pernah lagi untuk bersikap sanksi dan ragu.

Rusman yang terus mendapat desakan dari Siti itu perlahan menulis warkah menceraikan Siti. Namun begitu sesekali dia terhenti dan merenung.

''Bang... sebenarnya bagi Siti abang ceraikan atau tidak. Tak jadi masalah. Sebab dengan tidak abang nafkahi Siti dan anak Siti sejak kita menikah Siri. Itu saja sebenarnya telah jatuh cerai. Namun Siti inginkan perceraian ini ada hitam di atas putih. Kalau kita dulu nikah di KUA... mungkin sejak dulu Siti sudah mengajukan gugatan cerai'' kata Siti lagi karena dilihatnya Rusman masih saja tertegun-tegun menulis menceraikannya.

Rusman yang mungkin paham dan mengerti kalau dia memang selama ini tak pernah menafkahi Siti lahir bathin, dan tanpa ada surat pernyataan cerai itu mereka sebenarnya secara otomatis sudah pisah, akhirnya harus mengalah. Dia seolah kalah tanpa syarat kali ini. Dia tak bisa lagi mengikuti kata hatinya yang keras. Sebab keras hatinya juga telah dibenturkan Siti dengan hatinya yang lebih keras lagi.

''Sudah bang...?'' tanya Siti lagi setelah Rusman dilihatnya selesai menulis. Siti segera meraih kertas yang ditulis Rusman tadi lalu membacanya.

''Oke... tandatangan abang mana...?'' Siti menyerahkan lagi berkas itu kerah Rusman. Rusman memang lupa menandatanganinya. Setelah ditandatangani Rusman. Surat itu diserahkan Siti kearah Rizal yang di situ tertulis sebagai saksi. (Bersambung)

Cerita Sebelumnya...

Cerita Selanjutnya...