SITI SEPERTINYA - tak ingin jika masalah anaknya terus diperbincangkan. Dia mau, soal anak agar segera dihentikan. Kalau pun ingin bicara. Bicaralah masalah dirinya ke depan. Mau ke mana arah langkah kehidupannya. ''Kalau boleh aku berandai-andai Siti'' Butet buka pembicaraan lagi setelah keduanya membisu beberapa saat.

''Apa itu...?'' Siti mengambil tisu di depannya lalu mengelap bibirnya setelah dia mereguk teh panas.

''Apakah calon ayah si kecil itu Rizal...?''begitu spontan tanya Butet ini membuat Siti agak tersentak juga.

Namun wajahnya bersemu merah. Dia seperti malu-malu hati.

''Kalau memang jodoh. Yah.. bisa saja'' Siti hanya menjawab singkat saja.

''Cinta lama bersemi bersemi kembali.. donk'' kata Butet terkekeh.

''Ngak juga... Cinta itu kan sudah ternoda. Bagaimana mungkin bisa bersemi. Hanya saja jika Tuhan mengkehendaki. Kenapa tidak..?'' Siti merunduk. Seolah dia tak sanggup menantang wajah Butet, karena pendaman rasa hatinya sudah pun diketahui Butet. Dia memang masih berharap dapat membina rumah tangga bersama Rizal.

Karena apa pun persoalannya. Rizal itu cinta pertamanya. Mereka putus bukan karena kemauan satu pihak. Tetapi karena suatu musibah.

''Rizal sendiri bagaimana...?'' tanya Butet yang ingin tau.

''Aku sendiri tak tau. Apakah dia bersedia memperistrikan aku. Aku masih berharap dia masih mencintaiku. Sebab selama musibah perkosaan yang dilakukan Rusman. Sampai aku mengandung dan melahirkan. Dia begitu setia membantu dan mendampingi aku. Dan aku tak tau apakah, semuanya itu sebagai tanda dia masih menyayangi ku'' Siti menghela nafas dalam.

Memang ada keraguan hatinya, apakah Rizal masih ingin melanjutkan tali kasih yang telah terputus. Ataukah sikap dan tindakannya selama ini hanya sebatas, jika Siti adalah mantan kekasihnya dan butuh pertolongan. Hanya itu saja...!

''Tetapi terlepas dengan keinginan ku itu. Yang jelas siapapun jodoh ku nanti dialah ayah anak ku. Jadi jangan sampai Rusman itu mempersoalkan statusnya'' ujar Siti sambil merenungi air teh manis yang sudah kandas di reguknya dalam gelas di depannya.

''Tetapi aku yakin Ti... si Rusman itu akan berusaha, bahkan akan menempuh cara apapun untuk bisa bertemu anak mu'' kata Butet sembari beranjak tegak dari kursinya.

''Itu aku tau. Mengapa aku ingin segera proses cerai ku tuntas dan diterimanya'' kata Siti yang ikut juga tegak Karena Bel tanda belajar dimulai telah bordering.

''Tapi begitu pun aku masih berharap bantuan kalian jika sesuatu kelak akan terjadi pada diri ku'' kata Siti sambil jalan beriringan.

''Ohhh... Itu pasti... Demi kawan. Mati pun aku mau...'' kata Butet seperti memberikan semangat pada Siti.. (Bersambung)

Cerita Sebelumnya...

Cerita Selanjutnya...