PAGI ITU, SUASANA KOTA PEKANBARU - Diterpa gerimis. Langit mendung yang seolah ingin datang hujan. Namun sejak subuh hanya sebatas gerimis yang jatuh. Namun begitu para pengendara yang hilir mudik di jalan-jalan protokol seperti Sudirman dan Tuanku Tambusai serta jalan lainnya tampak ramai. Terutama para pekerja dan anak-anak sekolah. Dalam keramaian itu termasuk Siti yang mulai bekerja hari itu mengajar dibilangan Jalan Harapan Raya. Sebelum kerja dia sudah menitipkan anaknya pada emak berikut Bik Ijah. Karena sesuai janji yang sudah disepakati dengan Emak selama dia kerja akan menitipkan anaknya pada Emak untuk menjaga hal-hal yang tak diingini. Terutama terhadap Rusman yang belakangan ini terus saja mengusiknya tentang anak.

Hujan yang semula rintik-rintik. Ternyata mulai kian berdetak menimpa helm Siti. Sepertinya akan turun hujan. Siti yang kini sedang meluncur di Jalan Sudirman segera memacu motornya.

Rintik hujan kian membesar saja menambah Siti semakin cepat melaju di aspal yang licin. Di sekolah dia langsung ke kantin di belakang sekolah. Di situ banyak guru-guru yang sedang sarapan pagi. Kebetulan jam pelajaran masih lama lagi. Yang ditujunya di situ teman dekat sesame guru Butet.

Dia segera duduk disebelah Butet.

''Makin Sattikk sajja pulak kau Siti'' kata Butet dengan medok Bataknya .

''Ahhhh ! jangan terlalu tinggi menyanjung Tet. Nanti kalau jatuh sakit juga'' kata Siti sambil mencubit pipi Butet.

''Ceriusssss….. Tubuh mu semakin ramping dan seksi aja Bah...''

''Sudah Tet... Sudah...'' kata Siti yang memang juga merasa tersanjung dengan kata-kata Butet itu.

''Jadi teringat aku lah. Bagaimana sekarang masalah kau dengan si Rusman itu...?'' tanya Butet mengalihkan pembicaraan.

''Lanjut…..! artinya, soal anak aku tetap bertahan tidak aka nada mufakat dan janji apa pun dengan dia. Kalau perlu jangan ada lagi masalah aku dan dia tentang anak ku'' kata Siti sambil mereguk sedikit teh manis hangat yang sudah tersedia di meja depannya.

''Okelah kau memang akan terus bertahan begitu. Jadi berikutnya soal status anak kau gimana...?''

''Itu gampang saja. Aku kan berencana nuntut cerai. Selesai kan...? Dan anak ku itu nanti kalau aku ada jodoh tentu ayahnya jatuh pada jodoh ku nanti,'' ujar Siti tanpa beban sedikit pun.

''Waduuhhhh... Jadi nanti bisa saja ayahnya suami jodoh mu itu...?''

''Ya... Begitu... Kenapa...?''

''Ngak apa-apa. Aku nanya aja...'' kata Butet dan sepertinya tidak akan ingin bertanya lagi tentang status ayah anak Siti. Karena sepertinya Siti itu sudah patah arang soal tatus ayah anaknya. (Bersambung)

Cerita Sebelumnya...

Cerita Selanjutnya...