SESAAT DIANTARA MEREKA DICEKAM KEBISUAN - Mungkin masing-masing dalam jalan pikirannya, tanpa bisa mencair dalam kebekuan.

''Emak takut jika kau terus keras begini. Bisa-bisa si Rusman itu mengambil jalan kekerasan'' kata Emak setelah kebisuan mencekam di situ.

''Maksud Emak...'' Siti jadi tersentak dengan ungkapan Emak tentang jalan kekerasan.

''Yahhh... dia bawa masalah ini ke hukum...?''

''Tak semudah itu Mak. Siti akan melakukan perlawanan. Bagaimana mungkin tak akan semudah itu dia akan menguasai anak Siti...'' Siti cemas juga dengan prediksi Emak sebentar tadi yang menyebutkan bisa saja Rusman akan bertindak melalui jalur hukum.

''Ya.. Aku kan sebatas memberitau. Dan tak pula bisa memastikan dia akan melakukan sikap itu. Hanya kalau kau masih ingin terus bertahan. Persiapkan lah langkah-langkah yang terburuk sekalipun'' kata Emak sembari menghela nafas panjang.

''Emak yakin. Cara dia nanti untuk membuktikan fakta hukum yakni dengan test DNA. Itu pasti'' ujar Emak lagi. Siti terhenyak dengan kata-kata Emak. Sebab dia sangat tau, tak perlu pun dengan test DNA. Dia meyakin kan kalau anaknya memang anak Rusman.

''Kita lihat saja lah nanti, apakah dia akan melakukan tindakan itu. Siti pun akan bersiap menghadapinya dengan cara apapun,'' bicara Siti ini bagaikan bentuk ketegasannya sejak awal dan sulit untuk ditumbangkan.

''Kalau menurut Ayah gimana...?'' tanya Emak kearah Ayah yang sejak tadi diam saja. Sebab memang selama ini Ayah tak mau begitu ikut campur dalam persoalan Siti. Ini dikarenakan, dia tau kalau Siti itu sudah cukup disakiti. Jadi baginya semuanya terpulanglah dengan sikap dan langkah Siti.

''Kalau menurut aku..., semua itu terpulang pada Siti. Dia yang punya badan, dia yang merasakannya selama ini. Aku tak mau ikut terlalu jauh mencampuri. Tetapi jika nanti, terjadi hal-hal yang tidak diingini terhadap Siti. Aku mana bisa tinggal diam. Aku juga akan bertindak sebagai orang tua,'' kata Ayah dengan wajah memerah.

Mungkin dia juga merasakan bagaimana rasa sakit yang dialami Siti selama ini. Apapun masalahnya Siti itu anaknya. Dia juga tidak akan tinggal diam jika Siti kelak terdesak

Selama ini, dia memang memposisikan dirinya hanya sebagai wasit. Jika kelak para pemain sudah mulai main kasar. Dia juga juga tidak akan tinggal diam dan akan menyempritnya.

''Siti pekan depan sudah kembali mengajar. Siti berharap si kecil nanti bersama Emak. Siti tak menjamin kalau dia tinggal bersama bibik. Artinya, kan bisa nanti suatu waktu si Rusman itu datang. Bibik tidak akan mungkin bisa melakukan perlawanan. Kalau Emak dan Ayah bagaimana pun juga tidak mungkin membiarkankan cucunya teraniaya'' kata Siti.

Ungkapan Siti, tak ada reaksi Emak. Memang soal si kecil. Tidak ada pun masalah. Tetap juga akan menjadi tanggungjawabnya sebagai nenek. Maka dia, diam saja.

''Bagaimana Mak...?'' tanya Siti setelah Emak diam tak menjawab kata-katanya tadi.

''Lha... dia itu kan cucu Emak. Tak perlu lah kau ajari Emak soal itu. Emak siap menjaganya,'' kata Emak bertegas-tegas.

''Jadi nanti kalau dalam penjagaan Emak, Rusman itu datang. Kalau tak bisa Emak atasi. Khabari Siti ya..?'' Siti merenungi lantai di bawahnya. Entahkan apa gerangan yang kini berputar di benaknya. (Bersambung)

Cerita Sebelumnya...

Cerita Selanjutnya...