SEPERTINYA MALAM ITU.. Detak dan detik waktu begitu mencekam. Wajah Siti terlihat kian cemas saja. Sesekali ia menarik nafas dengan gerakan gelisah. ''Tenang saja ti. Kau tak perlu gelisah seperti itu. Kan ada Bibik,,,'' Bibik yang tau keresahan Siti mencoba untuk menenangkannya.

''Iya Bik..'' Siti mengangguk-angguk dengan bibir sesekali tergigit.

SESAAT terdengar ada suara mobil berhenti di luar halaman. Sepertinya ada dua mobil yang berhenti di situ. Siti dan Bik Ijah segera bangkit dan bergegas ke ruang depan.

Keduanya menyibak sedikit gorden jendela dan mengintip keluar. Nafas Siti yang sesak begitu terdengar mendengus dan memburu dari hidung dan bibirnya.

''Sepertinya si Rusman ya.. Bi'' tanya Siti dengan terengah dan tergagap.

''Sepertinya iya Ti'' jawab Bik Ijah juga dengan tenggorokan terasa kering.

''Jadi bagaimana Bik...?'' tanya Siti dan keduanya beranjak bergegas lagi ke kamar.

''Kita tunggu saja. Nanti Bibik yang meladeninya'' kata Bik Ijah yang segera menutup pintu dan menguncinya dari luar. Siti sepertinya pasrah saja dengan sikap Bik Ijah.

Seketika terdengar suara pintu di ketuk dari luar. Bik Ijah bergegas ke ruang depan.

Sikap Bik Ijah juga nampak tegang. Namun dia mencoba untuk tegar. Suara ketukan terus saja beruntun dari luar. Bik Ijah diam saja. Tak berniat untuk mmbuka pintu. Dia malah duduk di kursi panjang.

''Siti...'' terdengar suara Rusman dari luar. Bik Ijah tetap diam. Namun karena nama Siti beberapakali di panggil. Bik Ijah segera membuka pintu. Ada empat orang di luar. Dua lelaki dan dua perempuan. Bik Ijah tak mengenal ketiganya.

''Siti ada.. Bik...'' tanya Rusman yang nampak agak kurus sedikit dari yang pernah di lihat Bik Ijah sebelumya. Wajahnya pun bagaikan sedang mengalami beban berat.

''Ada... kenapa...?''

''Saya mau ketemu...''

''Dia sudah tidur Pak...''

''Apa tak bisa dibangunin sebentar...'' terdengar suara Rusman seperti menghiba. Dan Bibik tak berniat untuk menyuruh masuk ke dalam.

''Dia capek Pak. Maklum mengurus anak kecil'' kata Bik Ijah lagi. Kali ini Bik Ijah nampak tegar.

''Sebentar saja Bik...'' Rusman seperti menghiba.

''Gimana ya...?'' Bibik sepertinya terus bertahan.

''Sekarang saya mau tanya. Bapak mau ketemu Siti apa anaknya...?'' tanya Bibik. Tanya Bibik ini membuat Rusman bungkam. Dia vakum dan terdiam.

''Kalau mau ketemu Siti saja. Saya bangun kan dia...'' kata Bibik lagi setelah dilihatnya Rusman membisu sejuta aksara. (Bersambung)

Cerita Sebelumnya...

Cerita Selanjutnya...