SESAAT hp menempel di telinga Rizal.

''Pak Rusman ini dengan Rizal. Kita kan pernah bertemu dulu'' langsung saja Rizal memperkenal diri. Tak terdengar suara Rusman di seberang.

''Kenapa saya harus bicara dengan anda…?'' lama baru terdengar suara Rusman. Nadanya agak sedikit keras.

''Jangan dulu berpraduga tak baik. Saya datang menemui Siti karena dia ketika melahirkan ada meminjam biaya sama saya. Karena biaya itu saya pinjam dari orang lain. Yah… saya tagih,'' kata Rizal memberikan alasan yang seolah-olah kalau Siti ada meminjam uang dari dirinya untuk biaya bersalin.

Alasan ini juga di lontarkan Rizal agar Rusman tau, betapa susahnya kondisi Siti yang tak memiliki biaya persalinan. Ini agar Rusman bisa lebih terpukul lagi.

''Berapa dia minjam…'' kata Rusman.

''Kenapa itu yang Bapak tanya. Pinjaman itu pun sudah dikembalikan tadi,'' sergah Rizal.

''Sudah…. Kembalikan saja. Saya nanti yang membayar…''

''Soal ini tak ada urusannya dengan Bapak''.

''Ya… sudah. Kembalikan dulu telponnya pada Siti…''

''Sekarang saya yang ambil alih…'' tegas saja bicara Rizal.

''Anda siapa. Apa hubungannya dengan dia…'' suara Rusman seperti marah.

''Dan Bapak siapa pula….????''

''Saya suami nya….''

''Suami…? kapan nikahnya. Kalau Bapak suaminya tentu disaat-saat Siti melahirkan Bapak seharusnya ada… Saya kok ngak lihat Bapak…?'' Rizal sepertinya juga berada diatas angin bicara dengan Rusman yang sepertinya kian terpojok.

''Itu bukan urusan anda…?''

''Urusan saya dong. Sebab ketika Siti melahirkan saya yang antar ke rumah bersalin. Saya yang bayar biaya melahirkannya. Tentu saya juga punya tanggungjawab'' Rizal sesaat melihat Siti ke luar dari kamar tanpa si kecil. Mungkin sudah dititipkan pada Bik Ijah.

Siti mendekat kearah Rizal. Dan Rizal memberi isarat agar jangan diganggu dulu. Siti mengerti. Sambil berpeluk tangan dia tegak disamping Rizal. Mungkin juga ingin mendengar suara Rusman diseberang.

''Siti itu isteri orang. Anda tak berhak berada di situ'' terdengar suara Rusman lama lagi setelah lama terdiam.

''Pak… Siti itu sudah saya anggap keluarga saya. Dia bukan lagi seperti orang lain. Mengapa ketika Siti melahirkan, saya yang dihubungi keluarganya. Terkadang Pak… orang lain itu lebih-lebih dari keluarga. Dan Bapak…? Ngakunya suami. Tapi suami yang bagaimana…?''

''Anda keterlaluan bicara….!'' terdengar suara Rusman membentak.

''Bapak jangan bentak-bentak saya. Saya masih bicara pelan karena menghargai Bapak. Kalau bapak tak menghargai saya. Saya juga bisa lebih keras membentak Bapak'' Rizal semakin mencoba memancing emosi Rusman. Sesaat tak terdengar suara Rusman. Lelaki itu seperti terdiam. (Bersambung)

Cerita Sebelumnya...

Cerita Selanjutnya...