WAKTU menunjukkan jam 5 sore. Siti baru saja mandi dan sedang berdandan di depan kaca hias. Tubuhnya masih berbalut handuk hingga ke batas dadanya yang nampak besar menggunung. Tubuhnya yang sedang bebadan elok itu nampak mulus seputih dadu. Rambutnya yang panjang hingga ke punggung itu dibiarkankan nya bergerai.

Sessat dia merasakan ada yang perih dan melilit disekitar pinggangnya.Terasa begitu menyakitkan. Beberapa kali dia mencoba untuk menekan-nekan pinggangnya. Namun rasa ngilu itu kian menggerayang diseputar pinggang.

''Apakah sudah saat nya….???'' dia berbisik dalam hati. Rasa sakit kian menjadi-jadi bagai lilitan ular sanca meremukkan batang pohon.

Dia mencoba untuk tegak dengan memegang ujung buffet kaca hias. Begitu kepayahan sekali. Lututnya pun terasa ngilu dan nyeri untuk diajak tegak.

Pelipisnya sesekali berkernyit menahankan rasa nyeri yang datang berulangkali. Sesekali di menarik nafas dan menghembuskannya ke luar bertubi-tubi dari hidung dan mulutnya.

''Bik…….!'' dia memanggil Bik Ijah dengan suara agak tertahan tahan. Lalu duduk di tepi ranjang. Sessat Bik Ijah masuk ke dalam. Lalu duduk disebelah Siti. Wajah Bibik agak cemas.

''Kenapa….?'' tanya bibik gugup.

''Nampaknya Siti mau melahirkan Bi….?'' nafas Siti tersengal-sengal.

''Jadi…?.,,'' kata Bibik kian cemas sambil memijat-mijat bahu Siti.

''Ambilkan HP Siti Bik di atas meja di ruang tengah,'' kata Siti dengan nafas sesak. Bibik segera berabjak ke luar dan kembali sambil menyerahkan Hp pada Siti. Siti menghubungi Rizal.

''Aneh ya Bik…., masa mu melahirkan memberitau pada Rizal. Bukan pada suami…'' kata Siti sambil menunggu sambutan Rizal dari seberang.

''Ngak usah lagi itu yang dipersoalkan. Mana yang perlu sajalah'' kata Bibik yang merasa sosok Rusman tak perlu lah di diungkit dulu. Yang panting siapa saja yang bisa dihubungi dalam situasi genting itu.

''Bang…Bisa datang…? Sepertinya Siti mau melahirkan…'' kata Siti setelah hubungan tersambung dengan Rizal diseberang.

''Ohhh….Iya… Abang segera datang,'' terdengar suara Rizal. Siti menutup pembicaraan.

''Bik berkemaslah.., bawa keperluan Siti dan si bayi'' kata Siti. Bik Ijah segera bergegas menyiapkan segala keperluan yang sudah tersedia dalam lemari Siti.

''Kita kemana ini…?'' tanya Bik Ijah.

''Langsung saja ke Bidan Hainun…'' kata Siti. Rasa sakit berangsur pulih. Dia agak tenang dan lega sedikit. Namun dia yakin masa untuk bersalin sudah waktunya. (Bersambung)

Cerita Sebelumnya...

Cerita Selanjutnya...