PEREMPUAN yang mengaku isteri sah Rusman itu Nampak tenang. Dia terkadang melengos saja ketika Siti bicara. Sementara  Siti sendiri diamuk gemuruh hati. Bibir terkadang  tergigit gigit bibirnya yang menggeletar. Sepertinya penanggungan derita demi sengsara terus saja bergelayut di pundaknya akibat perbuatan Rusman.

‘’Saya tak butuh apapun dari Rusman itu. Dan saya juga tak butuh anak yang saya lahirkan di beri nafkah. SAya masih sanggup untuk menghidupinya. Apalagi berharap segara harta Rusman itu. Tak terpikirkan . Yang penting  anak yang saya lahir kan punya Ayah…Itu saja’’’ Siti mulai berani bicara keras terhadap Ratna. Karena Siti merasa perempuan itu tak memiliki etika. Tak punya basa-basi. Dan tak punya rasa terhadap dirinya yang telah di pecundangi Rusman.

‘’Soal itu saya tak perduli. Yang saya mau Ibu jangan lagi menuntut apapun dari dia. Karena ibu tak punya Hak sebab dia menikahi Ibu secara Siri. “ kata Ratna masih tegar. Seolah baginya Siti  tak punya kekuatan apapun terhadap Rusman. Padahal, mungkin saja Ratna itu adalah wanita yang belakangan di nikahi Rusman. Hanya saja mungkin secara sah yang memiliki kekuatan Hukum Negara. Sementara dirinya hanya sah menurut agama dan akan menjadi sulit ketika nanti pisah tentang status dirinya maupun anak.

Tetapi Siti sebenarnya tak memikirkan soal dirinya dan anaknya. Yang penting anaknya punya  seorang ayah tidak  sebagai anak yang tak memiliki identitas. Diantara Siti dan Ratna suasananya agak tegang, Terutama ketegangan itu membias di wajah Siti yang nampak begitu memerah.

Saeolah  dia sedang menahan amarah dan menanggung rasa  galau yang tiada tara. Sementara Ratna  hanya sesekali mengusap-usap lehernya dengan Tisu. Mungkin  perasaannya juga terasa hangat.

‘’Apa masih adakah lagi yang ingin Ibu minta dari saya’’ Siti menghentak  kesunyian yang berlangsung beberapa saat di situ.

‘’Tidak ada. Hanya itu saja tadi. Jangan ganggu lagi Bang Rusman itu. Terutama soal biaya-biaya. Sebab,semuanya sudah berada di tangan saya,’’ kata Ratna. Dia nampak ingin tegak. Siti merasa kalau Ratna memang ingin  pergi segera juga berdiri.

Ratna menyodorkan tangannya disambut Siti dengan dingin saja. Tak ada reaksi Siti ketika mengantar Ratna hingga ke teras rumah. Seperginya Ratna. Bibik segera menghampiri Siti yang  berada di kamar duduk ditepi ranjang.

‘’Benar kan….?. firasat Bibik kalau itu memang isteri si Rusman’’ ujar Bibik sembari duduk disebelah Siti yang nampak agak  lunglai. Tak jelas mengapa dia bisa jadi seperti itu.

‘’Ya…sudah… Untuk apa dipikirkan lagi. Dia siapa sih…? Kalau  dia isteri si Rusman untuk apa di pikirkan lagi. Itu  bukan urusan Siti lagi kan…?. Lagi pula  Siti kan tidak butuh Rusman itu. Siti kan butuh identitas dia sebagai  pertanggungjawaban  jawaban anak dalam kandungan Siti.

Ya…udahlah….. ‘’,Bibik mencoba  menenangkan Siti yang nampak masih gelisah.

“ Bukan soal Bang Rusman itu yang Siti pikirkan Bik. Tapi sikap si Ratna itu.  Tersinggung betul Siti. “ kata Siti sambil menghela nafas panjang (Bersambung)

Cerita Sebelumnya…

Cerita Selanjutnya...