Rusman sepertinya mulai melunak, strategi Butet mendamprat Rusman di kantornya ternyata cukup jitu, dan bukan di kediamannya. Sebab itu Rusman, berpikir dua kali untuk ribut-ribut di situ dan bisa saja nanti mencoreng posisinya yang cukup bergengsi di perusahaan.

‘’Silahkan duduk dulu, kita bicara baik-baik’’ kata Rusman kearah Butet dan tidak kepada Siti. Namun Siti ditarik Butet untuk duduk disebelahnya di meja tamu ruangan itu.

‘’Apakah Ibu sudah faham dengan masalah kami…?’’ tanya Rusman yang duduk di depan Butet.

‘’Ya, faham betul. Siti sudah menceritakannya pada sesama rekannya di sekolah termasuk saya’’ tegas saja bicara Butet.

‘’Saya memang telah berbuat salah pada Siti, jika Siti masih perawan dan akibat perbuatan saya dia hamil, saya akan bertanggungjawab’’.

‘’Bapak harus juga tau, apalagi Siti ini ada hubungan kekerabatan dengan Bapak, apakah dia perempuan nakal atau baik-baik yang Bapak kenal sebelumnya…?’’

‘’Setahu saya dia perempuan baik-baik’’

‘’Nah, seandainya Bapak menyebutkan dia tak perawan, bapak juga harus mencari tau dulu, apakah kegadisan itu semestinya mutlak hilang karena dia berumahtangga. Belum tentu, ada juga perempuan kehilangan keperawanan karena hal lain. Masalah itu baiknya bapak bertanya pada dokter kandungan misalnya, Apakah itu sudah Bapak lakukan…..?’’ Butet seperti menggurui Rusman yang sesaat terhenyak. Dia diam sejuta bahasa.

‘’Baiknya, tak perlulah kita bahas masalah keperawanan itu, karena itu bukan masalah saya. Yang penting, bagaimana tanggungjawab Bapak terhadap bayi yang dikandung Siti. Itu saja’’ Butet seolah tak ingin larut dengan kebungkaman Rusman yang sepertinya mulai menyadari tentang rahasia sebuah keperawanan.

‘’Kalau begitu saya pikir-pikir dulu’’ ujar Rusman yang terlihat galau rona wajahnya. Tak jelas mengapa. Dia tampak memperhatikan Siti begitu lama yang tepekur di depannya.

Usaha Butet melabrak Rusman ternyata tak sia-sia, Rusman bersedia menikahi Siti tetapi hanya sebatas NIKAH SIRI. Yakni nikah di bawah tangan, dalam arti tidak dilaporkan dan dicatat di lembaga resmi yang mengatur pernikahan, yaitu KUA dan  status hukumnya sah, selama memenuhi syarat dan rukun nikah. Sehingga nikah siri dengan pemahaman ini tetap mempersyaratkan adanya wali yang sah, saksi, ijab-qabul akad nikah. Alasan Rusman, disamping kemauan Siti agar anak dalam rahimnya ada yang bertanggungjawab, juga Rusman ingin mengetahui dan mencari tau apakah keperawanan itu bisa hilang tanpa sebuah perkawinan. Jika kelak adaa lasan kuat tentang itu, maka dia bersedia menikahi Siti dilembaga resmi dengan status hukum yang sah.

Keinginan Rusman ini disambut baik keluarga Siti, bagi mereka yang penting status Siti tidak terombang ambing dalam keadaan hamil .Dan lelaki yang menodainya sudah bertanggungjawab, terlepas apakah itu Nikah Siri atau tercatat di lembaga resmi.

Rusman memang mengontrakkan rumah selama setahun untuk Siti di kawasan Gobah. Tak besar, hanya  ada dua kamar, mungkin Rusman berpikiran agar Siti dan pihak-pihak lainnya jangan lagi mengganggu dan mengusik nya , apalagi merongrongnya ke kantor. Karena Rusman merasa dia telah menunaikan tanggungjawabnya dan tak menginginkan ada buntut lainnya lagi. Seperti janji kedua belah pihak, bahwa pihak Siti hanya inginkan pertanggungjawaban kehamilannya. Itu saja dan pihak Rusman diberikan peluang untuk menyelusuri apakah keperawanan itu bisa hilang tanpa menikah.

Untuk menemani Siti, Bik Ijah ikut bersamanya tinggal di rumah itu. Bagaimanapun juga Emak tak sampai hati membiarkan Siti hidup sendiri, tanpa kawan. Walaupun awalnya Emak merasa keberatan Siti pisah rumah, namun kondisi itu harus diterima sebab Siti harus pula mengikut keinginan Rusman yang kini telah menjadi suaminya.Hanya saja Rusman memang tak pernah sekalipun mengunjungi Siti setelah tinggal di rumah kontrakan. Sepertinya, Rusman tetap berpegang pada  janji awal, bahwa dia hanya menikahi tetapi tak hidup bersama. Dan memberikan belanja Karena, itu juga yang diminta Siti. Dan tak ada yang lebih dari itu. Siti harus menerima dengan dada lapang, walaupun dia sendiri merasa hidup dan kehidupannya terasa begitu aneh. Tetapi mau tidak mau harus ditempuhnya.

Dan mesti dijalaninya, walau pun terasa begitu beratnya. (Bersambung)

Cerita Sebelumnya…

Cerita Selanjutnya...