DIA masih agak gentar untuk bertindak keras di kantor Rusman. Namun sebaliknya, Butet merasa jika tak diambil sikap keras, Rusman itu tidak akan bergeming. Malah, semakin anggap enteng dan tak perduli. Bahkan, seperti yang diungkap Siti sebentar tadi, Rizal yang justru ingin berbicara baik-baik pun diajak baku hantam.

‘’Bagaimana nanti, jika ribut di situ dia lalu lapor polisi…?’’tanya Siti.

‘’Soal adu mengadu itu silahkan dia sajalah,itu hak nya. Dia juga harus tau hak kita juga. Bagaimana….?, kau tak usahlah takut, kalau perlu aku pakai sarung tinju nanti ke sana’’  kata Butet lagi seolah ingin mentegarkan hati Siti, kalau dibelakang Siti itu ada dirinya.

‘’Aku sepertinya takut untuk membicarakan masalah itu pada si Rusman’’

‘’Aku yang bicara, kau duduk manis sajjalahhhh’’ sergah Butet, berharap tak ada lagi keraguan Siti tentang ingin meminta pertanggungjawaban Rusman itu.

‘’Yang kita bicarakan nanti intinya apa….?’’ tanya Siti bagaikan orang yang sama sekali tak berdaya dalam menghadapi prahara hidupnya.

‘’Intinya, kita minta pertanggungjawaban Rusman itu untuk menikahi mu. Itu saja, paling tidak bayi yang kau kandung ada orang tuanya. Habis nikah, nanti kau mau gugat cerai itu urusan belakanglah, nanti pula kita urus’’ Butet mengusap-usap punggung Siti, berharap jangan ada lagi kebimbangan dan keraguan di nuraninya.

‘’Seandainya, dia bersedia menikahi aku. Lalu…….?’’ tanya Siti yang memang sikapnya terus saja labil dan selalu penuh keraguan untuk bertindak.

‘’Jadi isterinya lah kau . Massammana nya kau ini Siti’’

‘’Maksud ku, dia menikahi ku kan secara terpaksa….?’’

‘’Maksudnya…..?’’ kening Butet berlipat.

‘’Aku tinggal di mana….?’’

‘’Suka hati lah, kalau dia berbaik hati disewakannya rumah untuk kau. Kalau tidak, kau tinggal di rumah orang tua mu. Yang penting, ada pertanggungjawaban bayi dalam kandungan kau itu. Soal, nanti suka tak suka, belakangan lah itu. Aku faham maksud kau itu, bagaimanapun juga dia nanti tidak akan menjadikan dirinya sebagai seorang suami dan seorang ayah, Itu pasti, karena dia mungkin nanti hanya mau menikahi tetapi belum tentu siap menjadi suami dan hidup serumah. Namun yang paling berarti , kau hamil ada suami mu. Itu saja, jangan sampai hamil tak jelas siapa lakiknya. Itu namanya masega russakk na……’’ karena kian emosi logat batak Butet semakin mengental.

‘’Jadi kapan kita menemui Rusman….?’’ tanya Butet sembari menghembat mie soto yang masih panas, dan bola matanya mendadak mendelik.

‘’Terserah lah, bila bila waktu saja’’ kata Siti.

‘’Bahhhh, massam tak bersemangat aku lihat kau Siti’’

‘’Tidak juga, hanya saja beberapa hari ini aku memang kurang sehat’’ ucap Siti sembari mengusap tepian bibirnya yang basah dengan tisu.

‘’Besoklah kita ke sana ya, habis mengajar’’ akhirnya Butet menetapkan hari keduanya menemui Rusman. (Bersambung)

Cerita Sebelumnya…

Cerita Selanjutnya...