Duhhhhhh……, mengapa harus sampai seperti itu tanggapan keluarga Rusman. Padahal, Ayah dan Emak menginginkan adanya sikap kekeluargaan dan menempuh jalan terbaik, bukan malah melemparkan semua kesalahan pada diri Siti. Sepertinya, pihak keluarga Rusman sudah mengetahui persoalan yang terjadi, sebab mereka tak begitu terkejut dengan kabar yang disampaikan keluarga. Misalnya, dengan berbagai jawaban yang nampaknya sudah dipersiapkan dengan matang.

Mungkinkah Rusman yang menyampaikan kasus itu lebih dahulu, lalu mempersiapkan berbagai tangkisan jika saja muncul masalahnya dari keluarga Siti.

Tak begitu jelas .Yang pasti, keluarga Rusman menanggapi semuanya dengan enteng tanpa beban.

Ayah dan Emak akhirnya hanya bisa pasrah dengan musibah yang menimpa Siti dan mereka pun tak bisa mengelak dan membantah apa yang dikemukakan keluarga Rusman, siapapun orangnya akan menyebutkan begitu. Yang salah tetap saja dipihak perempuan dan tanpa seincipun diberi kesempatan untuk bisa membela diri.

Sementara Siti sendiri juga menyadari, jika tudingan orang memang akan tetap menyalahkan dirinya sebagai perempuan dan mungkin hanya segelintir orang saja yang akan memihaknya dan sebagian besar akan tetap tak menyalahkan lelaki. Sebab paling-paling ada yang menyebut ‘’Tidak ada alasan bagi buaya untuk menolak bangkai’’. Yahhhh, sebagian orang menyebut kiasan bahwa lelaki itu adalah buaya, namun jangan samakan kalau perempuan itu sebagai bangkai’’

Sebab ada juga yang menyebutkan, hanya buaya rakus lah yang suka menyantap bangkai.

Dalam menghadapi petaka yang menimpa Siti, Emak menyarankan agar Siti buka-bukaan saja pada Rizal dan itu lebih baik dari pada disembunyikan. Kasihan lelaki itu, karena akan terus berharap bisa mempersunting Siti, padahal Siti sudah ternoda. Jangan ada lagi nanti  muncul tuduhan Siti perempuan penipu, tak suci tetapi mengaku perawan. Lebih baik diungkap sekarang dari pada nanti. Soal bagaimana reaksi dan tanggapan Rizal, terserah. Itu sudah menjadi haknya akan meneruskan hubungan atau putus sama sekali. Emak sekarang meminta Siti fokus pada bayi yang sedang dikandungnya. Tak usah memikirkan yang lain lagi.

Saran Emak itu dituruti Siti dan memberitaukan masalahnya pada Rizal. Tak jelas mengapa Rizal tak bereaksi maupun menanggapinya. Rizal tak berkata sepatah kata pun, malah dia buru-buru memutuskan pembicaraan ketika Siti menghubunginyamelalui Hp.

Sikap Rizal itu disampaikan Siti pada Emak yang ditanggapi dengan mengatakan, mungkin saja Rizal panik mendengar masalah itu sehingga tak ingin dulu menanggapinya, atau dia ingin menenangkan diri dulu dan nanti setelah dia dapat mengendalikandiri akan menghubungi Siti lagi. Hanya itu pendapat  Emak, karena bagi Emak yang penting bukan tanggapan Rizal, tetapi memberitaukan musibah itu. Sebab, Emak sebelumnya sudah bilang, yang penting disampaikan.

Soal  Rizal siap menerima kenyataan itu atau tidak, terpulang pada diri lelaki itu sendiri.

Rizal memang sudah mengenal Rusman, sebab Siti sering mengatakan jika lelaki itu sedang serius menaksirnya untuk dijadikan isteri. Hanya saja, Siti, menyatakan tidak akan bergeming seinci pun untuk melayani Rusman. Ada beberapakali Rizal dan Rusman bertemu, jika saja keduanya secara tak sengaja bersua di kediaman Siti. Hanya saja, Rusman lebih banyak mendekati keluarga Siti  dalam upaya meminta mereka agar bisa melumpuhkan kepiawaian dan keteguhan cinta Siti terhadap Rizal. Karena mungkin dengan berbagai cara yang dilakukannya itu tak menggoyahkan sikap Siti, maka diambilnya jalan pintas dengan menodai Siti berharap Siti menuntut pertanggungjawaban. Hanya celakanya, dia merasa Siti sudah tak suci lagi yang akhirnya dia segera ‘’ngacir’’ dengan meninggalkan luka mendalam pada diri Siti. Sementara Siti pun tak berniat untuk minta pertanggungjawaban Rusman, hanya saja dia sekarang hamil. Bagaimana mungkin dia hamil tanpa ada lelaki untuk mempertanggungjawabkannya.

Siti saat ini bagaikan, sosok layang-layang putus yang terombang ambing kian ke mari  tanpa arah dan tujuan. Tali teraju sudah putus tanpa kendali. Yang membuat dia bisa tegar, karena Emak tetap memberikan dia support dan semangat agar jangan ada istilah putus asa dalam hidup. Melangkahlah terus selagi bisa, karena lebih baik maju satu langkah walaupun jatuh bangun dari pada  mundur sepuluh langkah tanpa mampu untuk berbuat apa-apa. (Bersambung)

Cerita Sebelumnya...

Cerita Selanjutnya...