Cirebon - Warga cirebon berbondong-bondong datang dan menunggu berjam-jam untuk mendapatkan air bekas cucian piring wali songo di depan pintu bangsal Pungkuran Keputren, Keraton Kasepuhan.

Warga beranggapan air bekas cucian piring Wali Songo sangat mengandung berkah yang akan bersemayam di tubuh warga yang mengunakan air tersebut.

Botol, Ember dan alat penampung air lainnya menjadi alat yang digunakan  warga untuk menampung air.

"Katanya airnya punya berkah, semoga tahun ini rizki saya dan keluarga nambah," tutur seorang warga Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon, Imam, yang membawa beberapa botol bekas.

Sultan Sepuh XIV Pangeran Raja Adipati Arief Natadiningrat menerangkan, air dalam prosesi siraman panjang mengandung makna penting, terutama dalam ajaran Islam. Hampir semua makhluk hidup berunsur air.

"Dalam Islam, media air penting. Setidaknya 80% tubuh makhluk hidup berupa cairan," ujarnya .

Selain itu, Nabi Muhammad SAW selalu mendoakan orang sakit dengan media air. Inilah sebabnya di Mekah terdapat air zamzam. Menurutnya, sebuah penelitian pernah menyatakan, air yang dicampurkan dalam kata-kata yang baik, strukturnya akan berubah menjadi baik pula.

"Pada setiap piring yang dicuci dalam tradisi ini, terdapat kaligrafi yang tercetak di permukaannya," ujarnya.

Kaligrafi tersebut berisi kalimat-kalimat baik, seperti halnya syahadat maupun sholawat. Dengan begitu, lanjutnya, diyakini kalimat baik tersebut berimbas pula pada air yang digunakan untuk membasuh piring dan benda pusaka lainnya.

Hal itulah yang membuat warga meyakini air basuhan benda pusaka mengandung berkah. Apalagi, dalam tradisi siraman panjang dilakukan pula doa bersama sehingga diharapkan ada keberkahan.

Air siraman piring wali songo berasal dari sejumlah sumur tua yang ada di Dalem Agung Pakungwati, diantaranya sumur Agung atau Sumur Bandung, Sumur Kejayaan dan Sumur Tujuh.