KEBETULAN Farida, masih berada di ruang kantor dan belum mengajar. Farida sesaat dari ujung matanya seperti menyelidik pada sikap Siti yang agak lain dari bisanya, selalu  ramah dan penuh canda. Tetapi kali ini seperti ada kemurungan dan kesungkanan pembawaan. Tidak seperti biasanya Siti itu berpenampilan luwes. ‘’Ada masalah Siti’’ langsung saja Farida menyergah.

‘’Yahhhhh’’ Siti mengangguk dan duduk di sebelah Farida dibelakang meja.

‘’Masalah apa….?’’

‘’Baiknya, nanti saja kita bicarakan, ini persoalan rumit. Sepertinya tak etis kalau kita bicarakan di sini’’

‘’Kalau begitu kita selesaikan dulu tugas mengajar, nanti baru kita rencanakan di mana ketemu, biar agak santai . Sepertinya serius nih’’

‘’Begitulah, nanti saja ya’’ kata Siti lalu keduanya beranjak ke ruang  mengajar masing-masing.

Usai mengajar siang itu, keduanya sudah menentukan lokasi untuk curhat, agar  bisa lebih leluasa Farida mengusulkan di rumahnya saja dan Siti setuju. Keduanya lalu menuju ke arah kawasan bilangan Simpangtiga di komplek perumahan kediaman Farida

‘’Ada apa sebenarnya’’ Farida langsung bertanya setelah keduanya duduk di ruang tengah.

‘’Kau kan sudah tau sebelumnya, kemarin kan aku katakan ingin menemui si Rusman itu. Dan kami bertemu di hotel, karena kebetulan di situ diadakan pertemuan karyawan perusahaannya. Bagi ku tak masalah, walaupun sebenarnya aku berat juga untuk bertemu di situ. Tetapi, mungkin inilah kesempatan yang ada’’.

‘’Lalu….?’’ kening Farida berkerut.

‘’Disaat  waktu istirahat, kami bertemu di salahsatu kamar. Sebenarnya pembicaraan sudah final, dia mau dan menerima untuk tidak mngusik aku lagi. Disaat aku mau pulang mendadak saja terasa pusing. Ada sesuatu yang sesaat berpengaruh pada kondisi tubuh ku, sampai sampai aku tak sanggup untuk berjalan’’

Siti diam,dia tertunduk. Suaranya seketika parau dan nafasnya sesak.

‘’Lalu…lalu….., bagaimana way, gantung nih’’

‘’Aku memang tak segera pulang, karena lutut ku sendiri terasa lunglai. Aku beristirahat di situ, tak jelas bagaimana kejadiannya……….‘’ Siti diam lagi, dia bagaikan tak mampu untuk meneruskan kata-kata.

‘’Kacau, masih gantung’’ Farida menyelidik ke wajah Siti yang terlihat muram, sendu dan temaran. Sementara diujung kelopak mata ada butiran air bening menyembul (Bersambung)

Cerita Sebelumnya…

Cerita Selanjutnya...