YANG paling menyakitkan baginya bukan soal Rusman merenggut kesuciannya, tetapi tentang tuduhan Rusman jika dia tak perawan lagi. Dia tau betul jika dirinya selama ini tak pernah berbuat sesuatu yang menodai dirinya, bagaimana mungkin sekeji itu Rusman menuduhnya tak suci lagi.

Sesekali dia menyeka kelopak mata yang terasa gatal, lalu terperas air bening dari katupan kelopak itu. Dia merasa dunia ini nyaris kiamat. Bagaimana tidak, lelaki yang tak pernah disukai, dicintai justru telah menodainya. Ada rasa gentar yang berkecamuk di sanubari hati. Ada rasa takut yang amat luar biasa memeluk ketat di sekujur tubuhnya. Namun sejauh itu dia berupaya untuk menyingkirkan segala kengerian hidupnya ke depan.

Baginya saat ini yang penting, bagaimana untuk sementara waktu dia menutupi masalah ini pada keluarganya dan mencoba bertarung emosi dengan Rusman. Paling tidak dia akan berhitung pada Rusman tentang perlakuannya, kalau perlu dia akan menghadap keluarga Rusman mengadukan tindakan Rusman itu. Terserah nanti apa yang bakal terjadi.

Rasa gusar, amarah kini menggempur dan melonjak keras di bathinnya untuk menyelesaikan masalah dirinya pada pada Rusman. Kalau perlu akan dibawanya ke ranah hukum. Baginya, biarlah menang jadi arang, kalah jadi abu. Kalau tak Rusman menjadi arang, dia siap menjadi abu. (Bersambung) Cerita Sebelumnya...     Cerita Selanjutnya...