SESEKALI tubuh Siti meliuk dan meregang gemetar. Diujung kelopak matanya ada butiran air yang tergenang lalu terperas pecah dan meluncur laju meleleh melalui pipinya yang bersemu merah. Acapkali pula dia menggigit bibirnya yang nyaris pecah terluka menahankan sesuatu yang nyeri disekujur lingkaran pinggangnya. Bahkan,sendi-sendi tulangnya pun bagaikan gemeretak rapuh. Tubuhnya mendadak saja mengejang lalu melemah, dia terkulai. Sementara Rusman cepat tegak dengan wajah tegang. Tubuh Siti yang polos cepat di dekapnya dengan selimut. Tubuh itupun meringkuk bagaikan daun kering.

Rusman menatap sprei, masih bersih tidak ada noda di situ. Ini membuat  keyakinannya bertumbuh dalam sesaat.Adakepanikan membias di getaran wajahnya.

''Apakah Siti tak suci lagi…..?, benarkah itu….?'' kamit bibir Rusman ke arah Siti yang masih berkeluk tanpa melihat ke arah Rusman.

''Apakah Siti telah memberikannya pada lelaki lain….?'' Rusman duduk di bibir ranjang.

''Maksud abang Siti tak perawan….?''

''Yahhhh, soal itu kan memang lelaki yang paling tau, tetapi soal kejujuran perempuan lah yang memilikinya'' Rusman tegak dia ke kamar mandi lalu bergegas ke luar dan mengenakan pakaian. Dia tau kalau sebentar lagi pertemuan akan berlangsung. Dia segera beranjak keluar sambil menutup pintu. Dibiarkannya Siti terkapar tanpa daya, bahkan setelah kesucian Siti direnggutnya, malah dia bilang jika Siti tak perawan lagi. Duhhhhh...! kejam betul...!

Tak begitu jelas masalahnya, mengapa Siti begitu saja membiarkan kesuciannya direnggut Rusman. Dan dia sendiri tak pernah faham dan tau ada apa sebenarnya yang terjadi pada dirinya ketika di hotel. Yang dia tau setelah meminum juss tak lama dia bagai tak sadar akan dirinya. ‘’Apakah Rusman menaruhkan sesuatu di minuman itu…..?’’ Ini sebuah tanya yang harus segera terjawab.dengan segera.

Pagi  harinya Siti baru saja terjaga dari tidur. Sinar mentari menerobos masuk melalui celah-celah lubang angin menerpa ke tubuhnya yang sepertinya tak kuat untuk bangkit. Sekujur tubuh, terasa penat bukan main. Sendi-sendi tulang bagaikan ngilu dan nyeri  terasa disanasini.

Dia mencoba untuk bangkit dan duduk, namun beberapa kali punggungnya terhempas. Ada rasa nyeri bagai mengelupas diantara pahanya. Namun, dia tak memikirkankan kenapa, karena dia sudah tau jawabannya.

Sejak peristiwa malam tadi di hotel, dia sama sekali tak sadar kenapa prihal itu bisa  terjadi. Mengapa dia begitu runtuh dan bertekuk lutut di hadapan Rusman, padahal selama ini ada jejak kebenciannya pada lelaki itu  karena acapkali mengusik dirinya dengan lontaran-lontaran ingin melamar. (Bersambung)

Cerita Sebelumnya…

Cerita Selanjutnya...