''Siti, kompres lah ubun-ubun itu biar dingin. Pakai hati, pakai nurani. Namanya laki-laki jangan diambil hati.Kalau ada maunya,ibarat pribahasa ke gurun pun dia kejar dan lautan pun direnanginya, asal niatnya tercapai. Kita jangan terpancing.

“Farida sebagai teman dekat Siti sepertinya kurang berkenan kalau Siti melabrak Rusman, sebab itu bukan sebagai jalan terbaik. Kalau tak suka, tak berkenan. Ya, tolak saja pinangan. Kenapa harus sibuk sendiri. Sementara orang lain tak pernah memikirkannya. Atau hanya sekedar  mencoba memancing-mancing kesibukan saja. Jika tak dilayani, Rusman itu mau bilang apa….?. Peduli amat.

Namun nampaknya, Siti tak mengacuhkan nasehat Farida, dia sepertinya sudah begitu nekat untuk menemui Rusman. Sebab, dia tau betul, Rusman itu sering menelepon keluarganya. Walaupun, dia tau Rusman dan keluarganya memang dekat, tetapi dia juga tau kedekatan itu ada maksudnya.

Setiba di Kantor Besar Perusahaan, yang perwakilannya berada di Pekanbaru di mana Rusman bekerja, Siti segera menghampiri Satpam dan meminta bertemu dengan Rusman. Dia diminta Satpam untuk mengisi buku tamu,  plus maksud tujuannya.

''Ini urusan pribadi Pak'', kata Siti setelah mengisi buku tamu.

''Ibu siapa….? “ tanya Satpam, sepertinya memang agak sulit untuk menemui Rusman, jika tak begitu jelas kepentingannya.

''Saya isterinya….?'' kata Siti gamblang saja. Tanpa beban, perasaan mendongkol dan panik membuatnya berbicara suka hati saja, yang penting bagaimana bisa ketemu Rusman.

''Pak Rusman kan belum menikah….?'' Satpam bengong.

''Nikah Siri kan tak perlu semua orang tau,'' bibir Siti sewot.

''Ahhhhh, yang benar Bu''

''Nah, kalau Bapak mau tau benar tidak nya, antar saja buku tamunya,'' kata Siti dengan wajah kesal. Sang Satpam yang nampak bingung segera menuju lantai atas kantor. Sementara itu Siti jalan mondar-mandir di ruang tunggu dengan perasaan kian berkecamuk.

''Pak Rusman tak bisa diganggu, sedang ada rapat pimpinan. Katanya, nanti dia akan menghubungi Ibu,'' kata Satpam manggut-manggut. Dia nampak begitu hormat pada Siti, mungkin mulai percaya kalau Siti adalah isteri Siri Rusman.

''Ya, terima Kasih Pak'' Siti segera meninggalkan kantor Rusman dengan sejuta kejengkelan, geram, mendongkol tak karuan.. Setengah mati rasanya…!!!!

Bahkan, berbagai rasa kepanikan itu berlarut hingga usai Magrib. Yang membuat dia, sibuk tak karuan janji Rusman yang akan menghubunginya juga tak muncul. Dia ingin urusan dengan Rusman diselesaikan dengan cepat, dia tak sabar menunggu besok ke besok. Hanya saja tak begitu jelas, kira-kira apa inti masalah yang akan dilemparkan pada lelaki itu. Mengapa dia begitu ngotot untuk bertemu. (BERSAMBUNG)

Cerita Sebelumnya...

Cerita Selanjutnya...