JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan menyampaikan turut belasungkawa atas berpulangnya Maestro Pematung Tugu Selamat Datang, Edhi Soenarso. Jenazah dimakamkan Selasa (05/01/2016), didahului dengan upacara pemakaman yang dilakukan di rumah duka yang beralamat di Desa Nganti, RT 01 RW 07, Jalan Cempaka No. 72. Mlati, Sleman, Yogyakarta.

“Kami turut belasungkawa atas berpulangnya maestro terbaik Indonesia, Empu Ageng Seni Edhi Soenarso,” demikian disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan saat melayat di rumah duka, Selasa (05/01/2016).

Mendikbud mengenal sosok Edhi Soenarso semasa ia kecil duduk dibangku Sekolah Dasar (SD) bersama-sama teman-temannya sering bermain dan menyaksikan proses pembentukan patung yang rumah dan bengkelnya hanya berjarak beberapa ratus meter dari rumahnya. “Kami mengenal sosok seniman dan pemilik bengkel patung itu saat SD. Ia mungkin tidak kenal kita, namun kami ketika itu suka melihat kebengkel patungnya, ia tidak melarang kami dan membiarkan kami untuk melihat dari dekat. Itu sangat mengesankan,” cerita Mendikbud dilansir dari laman kemdikbud.go.id, Rabu (27/1/2016).

Mendikbud mengatakan, Edhi Sunarso merupakan salah satu sosok maestro yang dapat diteladani. Dari seluruh rangkaian hidup dan karyanya, tutur Mendikbud, sungguh layaklah gelar Empu Ageng Seni disandangkan kepadanya. “Sungguh pantaslah kita menghargai dan meneladaninya sebagai salah satu maestro terhebat yang pernah dimiliki bangsa Indonesia,” kata Mendikbud.

Dari teladan hidup Edhi Sunarso, jelas Mendikbud, para pemuda dapat belajar bahwa gelaran ribuan karya seni rupa yang dihasilkannya tidak muncul begitu saja dengan mudah, tetapi muncul melalui kerja keras yang dilakukan dengan cinta, kreativitas dan sepenuh jiwa. “Kerja keras dan rasa cinta terhadap bidang yang digelutinya ini yang mengukuhkannya menjadi peletak dasar-dasar seni patung modern Indonesia di awal masa perkembangannya,” ucap Mendikbud.

Gelaran puluhan monumen dan diorama nasional telah diraih Edhi Sunarso. 10 karya monument nasional yang telah ia hasilkan, seperti Selamat Datang di pusat ibukota DKI. Jakarta, Monumen Tugu Muda di Semarang, sampai Monumen Yos Sudarso di Biak, Papua. Sedangkan 10 diorama ia hasilkan, seperti sejarah di Monumen Nasional Jakarta sampai dengan diorama sejarah di Museum Tugu Pahlawan Surabaya.

Tidak hanya menghasilkan karya monumen dan diorama saja yang menjadi teladannya, tetapi juga perjalanan hidupnya dapat menjadi teladan seorang anak bangsa yang menyerahkan hidupnya untuk bangsa dan negaranya. Edhi Sunarso mengawali bela negaranya melalui perjuangan mengangkat senjata, bertaruh nyawa. Kiprahnya sebagai pasukan Samber Nyawa Divisi I, Batalyon III, dan Resimen V Siliwangi mendahului perjuangannya di ranah seni rupa. Pada usianya yang ke-14, ia sudah mencicipi dekaman penjara tentara kerajaan Belanda, KNIL, sebagai tawanan perang.

“Kemerdekaan Indonesia tidak membuatnya berhenti berjuang, hanya berbeda waktu dan medannya, walau tak kalah besar dampak kontribusinya,” ujar Mendikbud

Mendikbud menyampaikan apresiasi terhadapat karya-karya monumental Edhi Sunarso. Ia tidak hanya menunjukkan betapa besar rasa cintanya terhadap tanah air, namun ia mengajak setiap orang yang melihatnya untuk mendapatkan pengalaman rasa yang sama. “Lewat karya-karyanya yang tersebar di seluruh penjuru negeri, dan inspirasi, serta teladannya yang tumbuh Insya Allah akan mengalirkan pahala tanpa henti pada almarhum Pak Edhi,” tutur Mendikbud. (***).