Pada sekitar akhir pekan lalu, Pemerintah Amerika Serikat memasukkan nama anak laki-laki termuda Osama bin Laden, Hamza, ke dalam daftar teroris. Nama Hamza berjajar dalam daftar teroris global. AS pun membekukan semua aset yang mungkin ia miliki di kawasan-kawasan yang masuk yurisdiksi AS.

Pihak Kementerian Luar Negeri AS di Washington menjelaskan, Hamza—yang kadang juga ditulis Hamzah—saat ini berusia 20 tahunan. Dia diduga makin aktif memimpin jaringan teroris Al Qaeda, organisasi yang didirikan sang ayah.

Hamza pun disebut-sebut tengah menyiapkan aksi balas dendam atas kematian ayahnya.

Lantas, siapakah Hamza dan bagaimana dinas rahasia AS menelusuri jejaknya?

Sosok Hamza makin terang setelah pasukan khusus AS menggelar operasi di rumah persembunyian Osama di Abbottabad, Pakistan, awal Mei 2012.

Selain menewaskan Osama, operasi ini juga menemukan berbagai dokumen, termasuk di antaranya surat-surat dari Hamza untuk ayahnya.

Di dalam berbagai surat dan dokumen ini, para analis CIA menyimpulkan, pada suatu rentang masa, Osama sempat tak bertemu Hamza selama delapan tahun.

Dari persembunyiannya di Pakistan, Osama diyakini sudah mengatur secara rinci "jalur dan pelatihan" untuk menjadikan Hamza sebagai "tokoh penting" Al Qaeda, dan pada akhirnya akan menjadi pemimpin kelompok ini.

Ketika rencana ini dimatangkan, Hamza menjalani tahanan rumah di Teheran, Iran.

Beberapa anggota keluarga besar Osama melarikan diri ke Iran setelah invasi AS ke Afganistan.

Lahir dari kawah besi

Dalam dokumen yang didapat CIA dan diperlihatkan kepada wartawan kantor berita AFP terungkap, Hamza menyebut dirinya "lahir dari kawah besi".

Dia pun mengaku siap untuk "meraih kemenangan atau mati sebagai martir".

"Yang membuat saya sedih adalah laskar mujahidin sudah bergerak, tetapi saya tak bisa bergabung ke laskar ini," tulis Hamza dalam salah satu surat kepada ayahnya.

"Dengan ini, saya katakan kepadamu dan ke semua orang bahwa alhamdulillah saya mengikuti jejak jihadmu," tambah dia.

Ia menggambarkan perasaan pedihnya setelah pada usia 13 tahun harus dipisahkan dari ayahnya demi alasan keamanan.

Ia mengatakan ingin bersama lagi dengan ayahnya.

"Ayah mengucapkan selamat tinggal dan kemudian pergi. Ini seakan kita mencabut hati dan meninggalkannya begitu saja di sana," tulis Hamza.

Sejauh ini, tak dimungkinkan untuk melakukan verifikasi atas surat dan dokumen yang didapat CIA.

Hamza diperkirakan lahir di Jeddah, Arab Saudi, pada 1989 dari salah satu dari tiga istri Osama, Khairiah Sabar.

Para pejabat keamanan AS mengatakan, setelah kematian Osama pada 2012, Al Qaeda dipimpin oleh pria kelahiran Mesir, Ayman al-Zawahiri.

Namun, diyakini, perlahan tetapi pasti, peran Hamza makin penting di jajaran para petinggi Al Qaeda.

Serukan serangan di barat

Agustus lalu, melalui pesan suara yang tidak diketahui kapan dibuat, Hamza mendorong para pengikutnya untuk melancarkan pemberontakan terhadap kerajaan Arab Saudi.

Sebelumnya, melalui pesan yang dikeluarkan pada Mei, ia mendesak para petempur di Suriah untuk bersatu.

Dia mengatakan bahwa revolusi di Suriah akan berujung dengan "pembebasan Palestina".

Ia juga pernah mendesak umat Islam di dunia Barat untuk melakukan serangan, seperti yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir.

"Pada 2015, (Hamza) bin Laden menyerukan serangan terhadap kepentingan-kepentingan AS, Perancis, dan Israel di Washington DC, Paris, dan Tel Aviv," demikian ditulis dalam pernyataan yang dikeluarkan Kementerian Luar Negeri AS.

Hamza sudah dilepaskan dari tahanan di Teheran dan sekarang tidak diketahui keberadaannya.

Pada April 2011, petinggi Al Qaeda, Atiyah Abd al-Rahman, menulis surat kepada Osama bin Laden berisi rencana untuk menyiapkan Hamza menjadi pemimpin Al Qaeda.

Abd al-Rahman mengatakan, antara lain, Hamza akan mengikuti latihan membuat bom dan latihan cara-cara menggunakan senjata api.