Medan- Menyabet nama besar sebagai produsen sirup dari buah  markisa dan terong belanda bermerek Noerlen tidak membuat Rahmi Novianti (45) berpuas diri. Dari buah yang memiliki rasa khas asam segar itu wanita yang akrab disapa Mimi ini turut memproduksi selai, juice, pudding dan baru baru ini ia menggagas bolu gulung rasa markisa. Bahkan kini limbahpun berubah menjadi aksesoris rumah nan indah dipandang.

Ide itu lahir karena Mimi merasa prihatin melihat limbah markisa yang sudah diambil sarinya itu terbuang sia sia. “Karena terus terang, memperoleh buah markisa yang besar besar seperti ini sungguh susah. Kami menggunakan buah markisa grade A yang rata rata besarnya 10 buah perkilo. dan harganya juga relatif lebih mahal,”ujarnya kepada gosumut Minggu (6/11/2016)

 Perbandingannya adalah, jika harga pasaran markisa ditangan agen perkilonya Rp12 ribu, maka jenis markisa yang digunakan Nuerlen adalah yang harga Rp 15 ribu.

 Ketika ditanya mengapa ia rela membuang kocek yang begitu besar hanya untuk buah yang sama? Menurutnya buah yang besar dan tua yang sempurna akan memberi sari markisa yang segar dan aroma yang kuat. “Saya bisa menandai buah bagus itu dari kejauhan. Misalnya karyawan saya sedang memotong buah markisa untuk kemudian dikerok, saya dari jarak 13 meter dari sini sudah tahu buah seperti apa yang mereka kerjakan. Karena aroma buah markisa besar dan kecil itu memang beda,”tukasnya. Dan hal itu sangat mempengaruhi hasil produk nantinya, khususnya untuk produk sirup.

 “Jika buah markisa berukuran kecil  aroma sirup kurang nendang. Apalagi jika itu buahnya masih terlalu hijau atau tidak bagus, maka saya benar benar tidak mau pakai. Pelanggan kami sudah turun temurun dan  hafal benar seperti apa produk kami. Saya harus benar benar bisa jaga standar ilmu yang diwarisi almarhum mama,”terangnya. Mimi meyakini produk yang dihasilkan adalah asli, tidak menggunakan essen, bebas pengawet dan hanya menggunakan gula asli.

Untuk menegakkan idealismenya ini Mimi benar benar sangat diuji. Antara merebut keuntungan tapi mutu terkesampingkan. Hal ini terjadi ketika markisa sedang langka dipasar.

“Jika tidak ada markisa yang bagus, saya memilih  berhenti produksi, walaupun pesanan sedang banyak. Pelanggan yang sudah biasa pun sudah maklum,”ucapnya. Ia mendapati buah markisa dari pelanggannya yang diantar langsung ke rumah.

Kini ketika markisa sedang banjir, perharinya Nuerlen mengolah 100 kg buah markisa dan terong belanda untuk dijadikan sirup, selai, minuman fresh juice dan pudding. Di tempat usahanya di kawasan Jalan Sei Tuan, Medan  yang juga merupakan tempat produksi, Mimi mendiplay aneka produk yang dihasilkan dari buah markisa, termasuk kreativitas yang diciptakan dari limbah.