Pagelaran Festival Seni Qosidah tingkat nasional ke-20 yang digelar di Kendari, Sulawesi Tenggara pada tahun lalu menasbihkan kontingen nasyid putra asal Sumatera Utara meraih juara  ke-2. Salah seorang peserta yang ikut menjadi bagian keberhasilan Sumut meraih hasil membanggakan ini adalah Muhammad Riki Azhari. Riki merupakan pria kelahiran Asahan yang lahir di daerah terpencil Huta Padang pada 5 Desember 1991 ini telah mengenal bidang seni nasyid sejak Tsanawiyah. Setelah ia melanjutkan pendidikan di MAN Kisaran, prestasi di bidang nasyid terus melejit. Hingga ia berkuliah di IAIDU Kisaran dan melanjutkan S2 di Komunikasi Islam Pascasarjana UINSU, pada saat itu ia berada di puncak karirnya.
Sosok Inspirasi

Hal ini berawal dari kakak kelas yang mengajak untuk mengenal bidang nasyid. “Motivasi awal saya karena dari kecil saya memang sudah menggemari dunia seni. Dan kebetulan pada tahun 2006 ada teman yang memang sudah bergelut di bidang nasyid menawari saya untuk bergabung,” ungkapnya mengenang masa lalu.

Sejak saat itu Riki sapaan sehari-harinya terjun total ke bidang nasyid berkat arahan dan bimbingan dari sosok inspirasinya yang bernama Dahril Chandra Margolang. Baginya Dahril merupakan teman sekaligus guru karena orang yang pertama kali mengenalkan dunia nasyid kepadanya.

Hingga saat ini dengan selalu menerapkan sikap percaya diri dan rendah hati, banyak kemudahan yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada Riki dalam meraih kesuksesan di bidang nasyid.

“Kesuksesan ini tak lepas dari peran dan dukungan  orang tua dan calon istrinya tercinta Ria Andriani. Karena mereka memberi semangat dan motivasi ketika saya mengalami keputus asaan. Dan berkat doa mereka lah saya bisa mencapai puncak kejayaan di bidang seni nasyid,” ceritanya.

Ia juga selalu bersikap tanggung jawab, disiplin, bersungguh sungguh dan pantang menyerah dalam latihan. Sehingga apa yang telah ia peroleh hari ini merupakan buah dari usaha maksimal yang ia lakukan di masa lalu.

Prestasi Membanggakan

Selama karir nasyidnya ia banyak menyabet prestasi yang membanggakan, diantaranya Juara 1 Festival Nasyid tingkat Kab. Asahan tahun. 2009, 2010, 2011. Juara 1 Festival Nasyid tingkat Kota Medan tahun. 2014, 2015. Juara 1 Festival Nasyid tingkat Provinsi Sumut tahun. 2014, 2015.

“Prestasi yang paling berkesan  adalah juara 2 nasional di Kendari kemarin, karena sebuah kebanggaan bagi sayabisamenjadi duta nasyid Sumut di ajang nasional. Kemudian karena momen itu adalah harapan dan cita cita saya semenjak mengenal nasyid tahun 2006,” ungkapnya.

Melanjutkan Kreativitas

Ia berharap hendaknya para remaja dan pemuda lebih bersemangat dan kreatif dalam mengembangkan seni nasyid agar kelestariannya tidak punah ditelan gelombang arus modernisasi.

“Jadikan seni nasyid sebagai wadah untuk syiar agama islam, bersilaturrahmi, berbagi pengetahuan. Jangan jadikan ajang nasyid sebagai wadah untuk bermusuh-musuhan, menyombongkan diri, dan merendahkan satu sama lain,” pesannya.

Harapan saya agar festival nasyid tetap digelar dari mulai tingkat desa hingga tingkat nasional. agar setiap pagelaran nasyid lebih mengedepankan sikap jujur, amanah, adil dan  profesional