Kementerian- Koordinator Bidang Kemaritiman melalui Deputi Bidang Koordinasi SDM, Iptek, dan Budaya Maritim menunjuk Nias, Sumatera Utara, sebagai kandidat tuan rumah Sail Indonesia 2019. Penunjukkan ini tidak lain dan tidak bukan adalah untuk mendorong potensi wisata pulau Nias yang terpendam selama ini. Banyak sekali potensi wisata yang dapat ditemui, diantaranya yang paling terkenal adalah wisata budaya dan wisata bahari.

Wisata bahari sendiri sudah menjadi keseharian bagi masyarakat pesisiran pantai kepulauan Nias. Tiap tahunnya wisatawan asing maupun dalam negeri tak pernah sepi berkunjung. Adapun tujuan utama para wisatawan ini adalah untuk melihat, menikmati ataupun mencoba ombak yang sering dikatakan sebagai yang terbaik kedua di dunia. Ajang kejuaraan surfing dunia pun selalu diadakan tiap tahun yang dihadiri para surfer dari mancanegara.

Dengan mengangkat tema : “Sail Nias 2019 : Nias Menjadi Gerbang Destinasi Wisata Dunia”, Sail Nias 2019 menjadi ajang promosi wisata besar-besaran di kepulauan Nias. Kesempatan emas ini tentu bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan berbagai sektor perekonomian. Dampak besar pembangunan perekonomian di Nias dapat dilihat dari dua sektor potensi utama, yakni sektor pariwisata dan sektor perikanan.

Nias dengan karakteristik kepulauan yang dikelilingi oleh laut, berbatasan dengan Samudera Hindia di sebelah barat, sebelah utara dengan pulau-pulau Banyak Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, sebelah timur dengan pulau-pulau Mursala Kabupaten Tapanuli Tengah, dan sebelah selatan dengan kepulauan Nias Selatan. Rata-rata curah hujan tahunan kepulauan Nias sekitar 3.287 mm dengan rata-rata 22 hari hujan perbulan. Curah hujan yang tergolong tinggi mengakibatkan kelembaban kepulauan Nias tergolong tinggi dengan kisaran kelembaban 80 - 90 %.

Kisaran suhu kepulauan Nias adalah 14,50 C - 30,40C dan merupakan kisaran suhu normal pada daerah tropis. Kecepatan angin sebesar 5 - 6 knot per jam juga mendukung tingginya tingkat kelembaban kepulauan Nias. Hal ini menjadikan wilayah pesisir dan lautnya potensial untuk pengembangan budidaya laut dan maupun pantai serta wisata bahari.

Menurut data produksi tangkapan ikan laut Badan Pusat Statistik Sumatera Utara dengan bantuan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara, kepulauan Nias hanya memproduksi 2.817 ton ikan pada tahun 2017. Produksi ini menurun dibanding tahun sebelumnya yakni sebesar 3.239,9 ton pada tahun 2016 dan 16.883,7 ton di tahun 2015.

Penurunan yang signifikan ini menjadi tanda tanya besar untuk sebuah wilayah kepulauan yang penuh dengan potensi kelautan dan perikanan. Padahal, BPS dan Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Utara mencatat di tahun 2017 ada 4.265 unit perahu penangkap ikan laut di kepulauan Nias yang didominasi oleh perahu motor tempel dan perahu tanpa motor. Sementara alat tangkap yang digunakan sebagian besar adalah pancing, rawai tetap dan jaring hanyut. Fasilitas ini dirasa tidak seimbang dengan produksi yang dihasilkan.

Setelah ditelusuri ada banyak faktor pendorong penurunan produksi ini, diantaranya adalah banyaknya penduduk yang beralih ke kegiatan pertanian lainnya seperti perkebunan, kehutanan, dan peternakan. Adapula yang beralih ke industri seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi.

Masyarakat juga pada umumnya memilih untuk melakukan kegiatan pertanian sekedar untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya sendiri. Hal ini diakibatkan minimnya pengetahuan akan pengelolaan sumber daya alam yang dapat menyumbang perkembangan perekonomian di daerahnya. Dengan banyak potensi ini, kepulauan Nias belum juga layak untuk melakukan swasembada pangan. Berbagai kebutuhan pokok masih diimpor dari luar pulau. Hal ini cukup menjadi perhatian khusus bagi pemerintah dan masyarakat setempat.

Peningkatan kualitas dan kuantitas fasilitas pendukung perikanan dan kelautan menjadi sorotan disamping meningkatkan kesadaran masyarakat akan besarnya potensi perikanan dan kelautan di kepulauan Nias.

Untuk itu, Sail Nias 2019 seharusnya bisa menjadi ajang pembawa perubahan yang lebih baik lagi untuk sektor perekonomian di Nias khususnya di sektor perikanan dan kelautan yang menjadi potensi unggul. Perhatian pemerintah dan masyarakat setempat penting untuk mengenali, menggali, menggunakan dan mengembangkan sumber daya alam daerahnya untuk pemenuhan kebutuhan kehidupannya dan pembangunan perekonomian negara.*