Sapta Pesona sebagai program daya dukung kepariwisataan nasional merupakan bentuk ikhtiar bersama yang harus terus dikampanyekan dan diimplementasikan dalam keseharian masyarakat untuk memikat wisatawan mancanegara (Wisman) maupun Wisnu (wisatawan nusantara) agar datang berbondong-bondong mengunjungi obyek wisata Indonesia, termasuk Danau Toba di Provinsi Sumatera Utara salah satunya.

Provinsi Bali dan Nusa Tenggara Barat (NTB) unggul sebagai destinasi wisata dunia, sangat didukung kesadaran Sapta Pesona yang sudah mendarah-daging di segenap sendi kehidupan masyarakatnya.

Sapta (tujuh) Pesona tersebut terdiri dari tujuh unsur. Yakni, aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah tamah, dan kenangan.

Artinya, siapa saja, kapan dan dimana pun, harus menciptakan suasana aman, tertib, bersih, sejuk, indah dan mempesona. Terlebih di tempat-tempat yang banyak dikunjungi wisatawan, dan pada saat melayani wisatawan.

Dengan kondisi dan suasana yang menarik dan nyaman, wisatawan akan betah tinggal lebih lama, merasa puas atas pelayanan dan keramah-tamahan, plus memberikan kenangan yang indah dalam hidupnya. Sampai-sampai para wisatawan tersebut merasa perlu untuk datang kembali.

Sapta Pesona dan tujuan pelaksanaannya sesungguhnya tidak hanya untuk kepentingan pariwisata semata. Menerapkan Sapta Pesona dalam kehidupan sehari-hari masyarakat mempunyai tujuan yang jauh lebih luas. Yakni mampu meningkatkan disiplin nasional dan jati diri bangsa, meningkatkan citra baik suatu tempat, daerah, maupun secara lebih luas untuk perbaikan bangsa dan negara ke depan termasuk tentunya di bidang ekonomi.

“Tujuh daerah Kabupaten se kawasan Danau Toba sudah mengalami kenaikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) hingga 85 persen dari sektor kemajuan pariwisata,” kata Menteri Pariwisata RI Arief Yahya pada Gala Dinner Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2019 di JW Marriot Hotel Surabaya, Jawa Timur, Kamis 7 Februari 2019 silam.

Pernyataan Menteri Pariwisata RI tersebut mempertegas betapa sektor pariwisata jika dikelola dengan sungguh-sungguh akan mampu memajukan suatu kawasan atau daerah dengan kalkulasi yang tepat.

Tidak heran, kata Arief Yahya di depan ratusan wartawan yang menghadiri Gala Dinner HPN 2019 tersebut menegaskan, efek dari kemajuan pariwisata itu juga dirasakan Indonesia dengan Raihan peningkatan pendapatan negara terbesar di luar sektor minyak dan gas bumi (Migas). “Bahkan ke depan di tahun 2020 sektor pariwisata akan menjadi sumber penghasilan negara yang terbesar,” kata Arief Yahya optimis.

Berangkat dari optimism ini tentunya Sumatera Utara yang memiliki potensi wisata unggulan yang beragam, tidak hanya Danau Toba sebagai taman bumi warisan dunia yakni Geopark Kaldera Toba yang sudah lulus dalam simposium Geopark UNESCO di Lombok, September 2019. Juga ada kawasan pesona wisata Sibolga-Tapanuli Tengah, Nias, Karo, Tangkahan dan Bukit Lawang Langkat.

Potensi ini tentunya akan semakin bersinar dengan kesadaran Sapta Pesona semua komponen masyarakat Sumatera Utara dalam memaknai pentingnya sektor pariwisata sebagai sokoguru kemajuan ekonomi lokal dan nasional.

Apa saja butir-butir Sapta Pesona yang selama ini terkesan tenggelam namun ternyata perlu terus-menerus dihidupkan dan dikampanyekan itu? Berikut penjelasannya.

Aman

Sapta Pesona pertama adalah Aman. Makna aman tidak hanya terfokus pada masalah kriminalitas saja. Karena wisatawan akan senang berkunjung ke suatu tempat apabila merasa aman, tenteram, tidak takut, terlindungi dan bebas dari tindak kejahatan, kekerasan, ancaman, seperti kecopetan, pemerasan, perampokan, penipuan dan lain sebagainya.

Alangkah eloknya tidak mengganggu wisatawan. Tapi justru menolong, bersahabat dan melindungi wisatawan. Baik dari ancaman fisik, psikis, bahkan aman dari terserang penyakit menular dan penyakit berbahaya lainnya.

Aman dari kecelakaan yang disebabkan oleh alat perlengkapan dan fasilitas yang kurang baik, seperti kendaraan, peralatan, untuk makan dan minum, lift, alat perlengkapan rekreasi atau olahraga, dan sebagainya.

Aman dari gangguan oleh masyarakat, antara lain berupa pemaksaan dari pedagang asongan atau pedang kaki lima, tangan-tangan jahil, ucapan dan tindakan, serta perilaku yang tidak bersahabat lainnya.

Aman berarti terjamin keselamatan jiwa dan fisik, termasuk barang-barang milik wisatawan.

Tertib

Sapta Pesona yang kedua adalah Tertib. Kondisi tertib merupakan sesuatu yang sangat didambakan setiap orang, termasuk wisatawan.

Kondisi tersebut tercermin dari suasana yang teratur, rapi dan lancar serta menunjukkan disiplin yang tinggi dalam semua sisi kehidupan masyarakat.

Contoh, lalu lintas tertib, teratur dan lancar. Kendaraan pengangkutan datang dan berangkat tepat pada waktunya. Tidak terlihat orang berdesakan atau berebutan menaiki angkutan umum, maupun untuk nendapatkan atau membeli sesuatu yang diperlukan. Selalu melakukan budaya antri.

Bangunan gedung dan lingkungan ditata secara teratur dan rapi.

Pelayanan dilakukan secara baik dan tepat. Informasi yang benar dan tidak membingungkan. Disiplin, tepat waktu.

Memelihara lingkungan dengan menaati peraturan yang berlaku. Taat hukum. Tidak menutup badan jalan yang mengganggu kelancaran arus lalulintas. Tidak berjualan di atas trotoar yang mengganggu pejalan kaki.

Dengan tampilan serba teratur, rapi dan lancar, tentunya semua sisi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tentunya juga akan menunjukkan keteraturan yang tinggi pula.

Bersih

Ketiga Bersih. Bersih merupakan suatu keadaan atau kondisi lingkungan yang menampilkan suasana bebas dari kotoran, sampah, limbah, penyakit dan pencemaran, baik itu pencemaran terhadap air, tanah maupun udara. Apalagi agama mengajarkan bahwa kebersihan merupakan bagian dari iman.

Kawasan Danau Toba sebagai anugerah dari Yang Maha Kuasa, mau tidak mau harus dijaga segenap komponen masyarakat dari berbagai buangan kotoran atau limbah yang mencemari. Terutama dari limbah hotel, restoran, rumah tangga serta limbah dari berbagai kegiatan usaha lainnya di kawasan Danau Toba.

Jika air Danau Toba dapat terjaga kebersihannya dari berbagai limbah, tentu wisatawan akan senang dan bisa mandi di tepi danau tanpa takut terkena kotoran atau penyakit.

Begitu juga dengan lingkungan di sekeliling tepian danau harus terjaga bersih dari segala macam sampah. Sudah saatnya, posisi depan rumah maupun bangunan lainnya yang berada di tepi danau diubah. Jika selama ini membelakangi danau, kini posisi depan rumah bisa diubah menghadap ke danau.

Wisatawan akan merasa betah dan nyaman bila berada di tempat-tempat yang bersih dan sehat. Tidak hanya di rumah, tapi juga di tempat-tempat umum, seperti hotel, restoran, angkutan umum, tempat rekreasi, toilet dan tempat-tempat lainnya. Suasana lingkungan bersih dari sampah, kotoran, dan corat-coret.

Yang tidak kalah penting dan ini wajib dilakukan, setiap sajian makanan dan minuman harus bersih, sehat dan juga halal bagi wisatawan

yang beragama Islam. Penggunaan dan penyajian alat perlengkapan juga harus bersih seperti sendok, piring, tempat tidur, alat olahraga dan lainnya.

Pakaian serta penampilan pramuwisata atau pelayan harus bersih, rapi, dan tidak mengeluarkan bau yang tidak sedap.

Begitu juga dengan sampah hendaknya tidak dibuang sembarangan begitu saja. Perlu dilakukan daur ulang sampah. Sampah organik bisa dibuat pupuk. Sedangkan sampah plastik bisa dibuat souvenir cantik yang bisa dijual kepada wisatawan.

Khusus limbah rumah tangga, hotel dan restoran agar dibuat instalasi limbah terpadu. Limbah tersebut bahkan bisa diolah menjadi energi terbarukan yakni pembangkit listrik tenaga biogas (PLTBg) sebagaimana yang telah dikembangkan di Jepang.

Sejuk

Sapta Pesona keempat adalah Sejuk atau Sojuk dalam tutur puak Melayu. Lingkungan yang serba hijau, segar, dan rapi akan memberi suasana atau keadaan sejuk, nyaman dan tenteram. Kesejukan tidak saja berada di luar ruangan, tetapi juga di dalam ruangan. Misalnya, ruang tunggu, ruang makan, kamar tidur, kamar mandi, ruang kerja atau kantor, dapur, dan lain sebagainya.

Dibutuhkan keikutsertaan siapa saja untuk aktif memelihara kelestarian lingkungan. Terus mengaktifkan kegiatan penghijaun yang telah dirintis masyarakat, dunia usaha maupun pemerintah.

Semua pihak diharapkan ikut berperan aktif menganjurkan dan memelopori agar masyarakat sekitar Danau Toba melaksanakan kegiatan penghijauan dan memelihara kebersihan rumah dan lingkungan sekitar.

Menanam berbagai tanaman di halaman rumah masing-masing baik untuk hiasan maupun tanaman yang bermanfaat bagi kebutuhan rumah tangga.

Perlu menata dan menanam pohon atau bunga warna-warni di sepanjang jalan perlintasan menuju destinasi se kawasan Danau Toba, juga jalan lingkungan, halaman rumah, sekolah, kantor-kantor dan tempat-tempat lainnya.

Membentuk komunitas atau perkumpulan masyarakat yang tujuannya memelihara kelestarian lingkungan.

Menghiasi bangunan rumah, kantor, ruang tamu, kamar tidur dan tempat lainnya dengan aneka tanaman hias atau tanaman berdaun rindang sebagai penyejuk plus menjadi sumber oksigen.

Memprakarsai berbagai kegiatan dan upaya lain yang dapat membuat lingkungan hidup menjadi sejuk, bersih, segar dan nyaman.

Indah

Sapta Pesona yang kelima adalah Indah. Keadaan atau suasana yang menampilkan lingkungan yang menarik dan elok dipandang mata disebut indah.

Indah dapat dilihat dari berbagai sisi, seperti dari sisi tata warna, tata letak, tata ruang, bentuk ataupun gaya dan gerak yang serasi dan selaras, sehingga memberi kesan yang enak dan menawan untuk dilihat dan dirasakan.

Indah juga selalu sejalan dengan kebersihan serta ketertiban dan tidak terpisahkan pula dari suasana lingkungan hidup, baik berupa ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa maupun hasil karya manusia.

Danau Toba merupakan keindahan alam yang luar biasa sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa yang harus dijaga, dirawat dan dilestarikan.

Memelihara lingkungan hidup tetap lestari merupakan suatu keindahan dan termasuk sebagai ibadah. Tujuannya tidak hanya untuk mendukung kelangsungan makhluk hidup, tapi juga untuk menciptakan keseimbangan alam sehingga terhindar dari berbagai bencana.

Ramah Tamah

Sapta Pesona keenam adalah Ramah Tamah. Ramah Tamah merupakan suatu sikap dan perilaku yang menunjukkan keakraban, sopan santun, ramah, supel, suka membantu, memberi senyum, wajah ceria, memberi hormat, simpatik dan penampilan yang menarik hati lainnya.

Ramah Tamah tidak berarti harus kehilangan kepribadian ataupun tidak tegas dalam menentukan sesuatu keputusan atau sikap.

Ramah merupakan watak dan budaya bangsa Indonesia pada umumnya. Selalu menghormati tamu dan menjadi tuan rumah yang baik.

Sikap Ramah Tamah merupakan daya tarik bagi wisatawan. Sikap Ramah Tamah ini perlu terus-menerus diterapkan dalam keseharian masyarakat dan dipelihara kelestariannya sebagai budaya bangsa Indonesia.

Terlebih bagi masyarakat sekitar Danau Toba harus membiasakan diri untuk selalu bersikap ramah. Siaga menjadi pelayan yang baik.

Ibaratnya seperti Parboru atau pihak perempuan yang menjadi pelayan bagi para tetamu. Tidak lagi bersikap seperti raja atau hula-hula yang minta dilayani.

Kenangan

Sapta Pesono ketujuh adalah Kenangan. Kenangan adalah kesan yang melekat dengan kuat pada ingatan dan perasaan seseorang yang disebabkan pengalaman yang diperoleh. Kenangan dapat berupa sesuatu yang indah dan menyenangkan, akan tetapi dapat pula dalam bentuk yang tidak menyenangkan.

Kenangan yang ingin diwujudkan dalam ingatan dan perasaan wisatawan dari perjalanan berwisatanya ke Danau Toba adalah tentunya yang indah-indah dan menyenangkan.

Kenangan yang indah dapat diciptakan. Antara lain dengan akomodasi yang nyaman, bersih dan sehat, pelayanan yang cepat, tepat dan ramah.

Suasana yang mencerminkan ciri khas daerah dalam bentuk dan gaya bangunan serta dekorasinya.

Kemudian, atraksi seni budaya daerah yang khas dan mempesona baik itu berupa seni tari, seni suara maupun berbagai prosesi upacara adat dan kearifan lokal lainnya.

Selanjutnya, makanan dan minuman (kuliner) khas daerah yang lezat, dengan penampilan dan penyajian yang menarik, sehat dan halal bagi wisatawan muslim. Makanan dan minuman merupakan salah satu daya tarik yang kuat dan dapat dijadikan ciri khas suatu daerah.

Panganan dari ubi (gadong) misalnya, bisa dibuat bermacam-macam seperti tape, keripik, lepat, godok-godok, bolu, gadong tumbuk seperti getuk, dan sebagainya. Selain itu, ada makanan khas Batak seperti ikan arsik, na niura (ikan berbumbu diberi asam), dali atau bagot ni horbo (air susu kerbau), sambal tuktuk, natinombur (ikan bakar yang disiram dengan bumbu), daun ubi tumbuk, dan sebagainya. Untuk jajanan khas Batak antara lain ada ombus-ombus, itak gurgur, lappet, pohul-pohul, mie gomak, sasagun, tipa-tipa, dan kacang sihobuk.

Begitu juga dengan cinderamata yang mencerminkan ciri khas daerah. Bentuknya kecil, mudah dibawa, harga terjangkau, dan mempunyai makna tersendiri sehingga dapat dijadikan sebagai kenang-kenangan dari kunjungan wisatawan ke Danau Toba.

Monaco of Asia

Agar harapan Danau Toba menjadi Monaco of Asia dapat tercapai, dukungan Pemerintah Pusat, jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Provinsi Sumatera Utara (Provsu) maupun dukungan para Bupati se kawasan Danau Toba beserta jajaran OPD-nya, para stakeholder, dan tentunya dukungan segenap komponen masyarakat, sangat diharapkan.

Kesadaran tentang pentingnya menghadirkan Sapta Pesona harus disahuti, dikampanyekan, dipedomani, dilaksanakan dan dioptimalisasi dengan penuh rasa tanggungjawab dan keikhlasan tinggi demi kemajuan pariwisata Danau Toba yang notabene untuk kesejahteraan masyarakat Sumatera Utara (Sumut).

Untuk memulainya harus dilakukan dari diri sendiri terlebih dulu, baru ditularkan ke orang lain, dan begitu selanjutnya seperti mata rantai.

Jika setiap orang berbuat, tentu kesadaran itu akan makin meluas dan memasyarakat. Jika Sapta Pesona sudah memasyarakat, kedatanganwisatawan akan meningkat. Mereka pun akan terpanggil dan merasa senang membelanjakan uangnya ke Sumut.

Dengan Sapta Pesona yang sudah melekat di setiap pribadi warga sekitar Danau Toba, lebih dari itu, seluruh kawasan Sumut pun ke depan akan dapat menjadi daerah tujuan (destinasi) wisata yang bernilai ekonomi tinggi. Paling tidak menjadi Desa Wisata yang kini terus bertumbuhan di berbagai daerah di Indonesia dan dilakukan secara swadaya oleh masyarakat.

Kehadiran Desa Wisata tersebut, terbukti mampu berkontribusi langsung bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Mulai dari pengelolaan rumah makan atau warung, aneka jajanan, home stay (rumah tinggal), atraksi seni budaya, pembuatan aneka cinderamata (souvenir) seperti batu cincin, jasa pemandu wisata, aneka permainan dan hiburan, serta berbagai kegiatan usaha lainnya.

Hal ini sejalan dengan UU No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan yang pada bagian pembukaannya menyebutkan bahwa keadaan alam, flora, dan fauna sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, serta peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni, dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan sumber daya dan modal pembangunan kepariwisataan untuk peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat sebagaimana terkandung dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Momentum Kaldera Toba yang sudah lulus menjadi Geopark Global Network (GGN) UNESCO dan sertifikatnya akan diberikan tahun 2020, kiranya menjadi cemeti bagi warga Sumut, terutama warga di sekitar Danau Toba, untuk terus berbenah. Sehingga ke depan, GGN UNESCO bisa mengantarkan Sumut dapat kembali masuk dalam ranking tiga besar kunjungan wisatawan mancanegara (Wisman) setelah Bali dan Jakarta.

Jika segenap komponen masyarakat se kawasan Danau Toba khususnya dan masyarakat Sumut secara umum serius menerapkan Sapta Pesona, posisi Sumut yang berada di bawah Provinsi Kepulauan Riau dalam kunjungan Wisman, akan dapat dilompati. Bahkan, Sumut dengan penerapan Sapta Pesona yang membumi, Danau Toba diyakini mampu sejajar dengan Bali.

”Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum hingga mereka merubah keadaan mereka sendiri”, demikian firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Ar-Ra’d ayat 11.

Kiranya firman Allah tersebut dapat mengetuk hati warga Sumut untuk terus berikhtiar meningkatkan pesona pariwisata Sumut yang berdaya saing dengan kondisi infrastruktur yang mantap didukung destinasi unggulan Danau Toba yang memikat. Semua itu tertuju agar Sumut Bermartabat dengan rakyat yang sejahtera. Semoga. ***