KITA awali dengan sebuah ayat: ''Jika kalian bersyukur, niscaya akan Aku tambah nikmat-Ku, jika kalian kufur, maka azab-Ku sangatlah berat'',(QS. Ibrahim: 7). Bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan telah kita peroleh atas izin Allah. Kemerdekaan merupakan nikmat yang luar biasa dan kita wajib mensyukuri. Saat ini genap 73 tahun kita menikmati kemerdekaan, namun masih ada catatan-catatan sebelumnya yang belum teratasi, apa itu? Pertama, masih tertinggalnya bangsa kita dalam bidang ekonomi (miskin) dan ilmu pengetahuan (bodoh), padahal kita sudah 73 tahun merdeka. Inilah masalah yang belum teratasi, yaitu negeri kita masih dijuluki negeri berkembang, belum negeri maju.

Kenapa hal ini terjadi? Padahal negeri tetangga kita yang kemerdekaannya jauh sesudah kita, sudah berada pada posisi batas. Maksudnya sedikit lagi mereka berada di kelompok negeri maju, seperti Malaysia, Philipina dan Thailand. Sedangkan Singapura yang merdekanya juga jauh sesudah kita sudah lama disebut negeri maju.

Tentu timbul lagi pertanyaan, kenapa demikian? Jawaban singkatnya adalah karena sumber daya manusianya (SDM) sangat berkualitas sedangkan kita belum.

Kenapa belum? Karena di negeri kita politiklah yang menjadi panglima. Padahal di negeri-negeri maju justru pendidikan atau ekonomi yang diikuti dengan hukum yang menjadi panglima.

Kita heboh dan asyik dengan tuding-menuding, fitnah, bohong, kebencian, isu SARA demi mendapatkan kekuasaan. Malah sering menggebu-gebu, sampai-sampai rambu-rambu agama dilabrak karena egonya.

Pendidikan dan ekonomi terabaikan, malah terseok-seok, begitu pula hukum masih tajam kebawah. Tak heran banyak orang yang berijazah (S2,S3) tapi minus akhlak.

Banyak pula muncul preman-preman berjubah, penjahat-penjahat berkerudung dan ulama-ulama provokator, lagi-lagi akibat politik dijadikan panglima. Ideologi mereka tidak lagi Pancasila tapi Dwi Sila, yaitu kekuasaan yang maha esa dan keuangan yang maha kuasa.

Kembali kepada kemerdekaan, bagaimanapun kondisi saat ini kita wajib bersyukur sekaligus kita wajib mengisinya. Bagaimana caranya, apa cukup dengan berzikir dan berdoa, tentu tidak. Harus dengan aksi nyata yang diawali siap berkorban dengan ikhlas untuk bangsa dan negara (waktu, tenaga, fikiran, harta dan perasaan).

Agar pengorbanan diatas bisa terlaksana dengan baik dan maksimal, lagi-lagi dengan SDM yang berkualitas. Jika tidak, kita selamanya jalan ditempat, bisa-bisa mundur.

Indikasi SDM berkualitas itu minimal sebagai berikut: Sehat lahir batin, berilmu dan terampil, eknomi memadai, disiplin dan bertanggungjawab serta dibingkai dengan akhlak mulia. Untuk mempermudah kita mengisi kemerdekaan tentu kita harus tahu dulu dan menyadari masalah bangsa yaitu: kemiskinan dan kebodohan.

Seterusnya kita harus siap berubah. Ingat ayat Allah yang artinya: ''Sesungguhnya Allah tidak akan merubah kualitas suatu komunitas sebelum mereka berusaha keras untuk merubahnya'' (QS. Ar Ra’du).

Sekarang, untuk siap berubah perlu pula kesadaran yang tinggi terhadap hal-hal sebagai berikut : Jangan bosan sehat, jangan bosan menambah ilmu dengan banyak membaca, jangan bosan bekerja dengan serius dan jujur, jangan bosan berbuat baik walau sekecil apapun dan jangan alergi terhadap perubahan.

Orang yang takut perubahan, sulit akan maju, orang yang tak punya kemauan adalah manusia sia-sia. Jika ada kemauan tak ada yang mustahil didunia ini.

Oleh sebab itu, mari kita berusaha terus meningkatan kualitas diri kita, berarti meningkatkan SDM anak bangsa. InsyaAllah, tujuan berbangsa, bernegara dan beragama akan tercapai yaitu: Kesejahteraan umat, bahagia di dunia dan bahagia di akhirat.

Semoga negeri kita cepat berubah menuju negeri maju yang diridhoi Allah. Itulah barangkali cara terbaik mensyukuri dan mengisi kemerdekaan dengan meningkatkan terus SDM anak bangsa. Wallahu a’lam.

Dirgahayu Republik Indonesia. ***