MENIKMATI liburan dengan mengunjungi Danau Toba merupakan keinginan banyak orang secara khusus masyarakat di Sumatera Utara. Lonjakan pengunjung dari berbagai daerah ke Danau Toba "nyaris" selalu membuat jalur transportasi menjadi padat merayap disepanjang pesisir Danau Toba. Parapat, Balige dan Samosir selalu dipadati para pengunjung saat liburan.

Keinginan mengunjungi Danau Toba merupakan hasrat alami manusia ingin melihat lebih dekat keindahan dan keasrian hasil letusan Gunung Volcano pada 70 ribu tahun lalu.

Akan tetapi, dibalik semuanya itu, tata kelola pariwisata yang modern, mulai dari penataan transportasi penyeberangan danau masih jauh dari harapan. Akibatnya, peristiwa mengenaskan terjadi, Senin (18/6) sore sekitar pukul 18.00 wib.

Kapal penumpang bernama "SinarBangun" yang saban hari melayani penyeberangan Tigaras menuju Simanindo dengan membawa penumpang sekitar 80 orang dan memuat 55 sepeda motor dihantam gelombang besar hingga akhirnya diduga terbalik dan tenggelam.

Kelebihan penumpang dan kondisi kapal yang sudah tua menjadi salah satu penyebab terjadinya peristiwa itu, sehingga saat dihantam ombak, kapal terus oleng dan kemudinya putus.

Memang tidak bisa dipredikisi datangnya sebuah bencana. Sepenggal lagu Ebiet G Ade Anugerah dan bencana adalah kehendakNya Kita mesti tabah menjalani Hanya cambuk kecil agar kita sadar Adalah Dia di atas segalanya..

Lirik ini menunjukkan betapa semuanya terjadi dengan proses yang cepat tanpa ada persiapan. Nahkoda kapal yang sudah terbiasa mengarungi danau, bekerja melayani para penumpang dan lihai mengatur sepeda motor berderet deret di emperen kapal.

Baginya jumlah penumpang tidak masalah, asal jam keberangkatannya masih ada, penumpang dan sepeda motornya masih siap ditampung dan disusun berderet deret sampai jam antriannya (ngetem) habis. Barulah nahkoda menggerakkan kapalnya.

Lantas, siapa yang mengawasinya. Peran pemerintah sangat diharapkan, apalagi ini menyangkut nyawa manusia. Dan, seringnya kenapa sudah terjadi baru dilakukan pengawasan.

Seperti halnya yang disampaikan Kasi Lalu Lintas Danau Sungai dan Penyeberangan (LLASDP) Sumut, Rijaya bahwa, tenggelamnya Kapal Motor Sinar Bangun di perairan Danau Toba diduga karena kelebihan muatan atau over kapasitas.

Loh, kenapa dibiarkan tetap berlayar kalau sudah kelebihan kapasitas, terus alat alat keselamatan bagi penumpang seperti jacket dan pelampung kenapa tidak disediakan sehingga bencana ini sangat tragis.

Kata Rijaya lagi ada sekitar 80 orang penumpang yang diangkut berikut sekitar 55 unit kendaraan roda dua. Padahal, sesuai sertifikat, kapal itu hanya berkapasitas 60 orang penumpang dan tidak diperbolehkan membawa kendaraan roda dua.

Tapi, semuanya sudah terjadi. Kita berharap para korban bisa dicari dan ditemukan. Dari total yang didapat baru sebagian kecil diselamatkan dan sudah mendapat perawatan. Pemerintah Kabupaten Samosir juga sudah melakukan penanganan medis dengan merawat intensif para korban di RSU Hadrianus Sinaga dan di Puskesmas di Kecamatan Simanindo.

Pemerintah Kabupaten Samosir juga mengucapkan belangsukawa yang sedalam dalamnya atas kejadian itu. Bupati Samosir, Rapidin Simbolon melalui Kepala Bappeda, Rudi Siahaan, Senin (18/6) di Simanindo langsung menyampaikannya saat turut serta membantu mencari dan mengevakuasi para korban.

"Kami turut berbelasungkawa yang sedalam dalamnya atas peristiwa tersebut. Kami dari Pemerintah Kabupaten Samosir akan terus membantu proses pencarian dan evakuasi para korban," ujarnya.

Tidak itu saja, Pemerintah pusat juga sudah mengerahkan TNI AL Marinir dan Basarnas untuk turun ke lokasi tepatnya 200 meter menuju Dermaga Tigaras, Simalungun.

Tidak melulu kita saling menyalahkan. Danau Toba masih menyimpan misteri dan keindahan alam yang layak dilihat, rasakan dan nikmati.

Even even lokal harus terus digalakkan dan digali untuk meningkatkan kunjungan ke Danau Toba. Pemerintah daerah yang mengelilingi Danau Toba mulai dari Simalungun, Samosir, Tobasa, Taput, Humbahas, Dairi dan Tanah Karo harus bersatupadu menaikkan kunjungan wisawatan ke Danau Toba dan tetap memperhatikan kenyamanan pengunjung.

Apalagi saat ini Kabupaten Samosir sangat getol dengan berbagai kegiatan dan festival dengan tujuan menggali potensi Danau Toba. Penyelenggaraan event Samosir Art and Culture Festival Senin, (18/6) dengan menampilkan festival vocal trio dan lomba mengukir.

Hari Kedua Selasa, (19/6) menampilkan festival uning-uningan dan hari ketiga Rabu (20/6) menampilkan festival vokal Group sekaligus dirangkai dengan Festival Sigale-gale yang akan diarak mengelilingi Kota Pangururan.

Pemerintah pusat dan daerah harus serius dalam penataan tata kelola wisata, transportasi dan akomodasi harus dibuat bagus dan nyaman bagi wisatawan. Jalur jalur penyebarangan didesain cepat dan tanggap terhadap pengunjung dan penumpang yang akan menggunakannya.

Sarana hotel dan penginapan yang terjangkau serta objek objek wisata yang bebas dari harga harga "liar" dan pungutan "liar".

Sekali lagi turut berduka cita bagi para korban KM Sinarbangun yang mengunjungi Danau Toba. Dibalik sukacita pasti ada kabar baik bagi insan manusia yang mengalaminya. Teruslah berharap hanya kepadaNya dan selalulah bersikap santun jika berada di Danau Toba apalagi saat melintasinya. Jangan buang sampah apapun ke danau, jangan berkata kata kotor.

Lebih baik duduk melihat keindahan Danau Toba seraya berdoa dan jangan lupa ucapkan horas saat hendak menyeberanginya. Tuhan memberkati kita semua.

Salom...