Oleh Ustadz Abdurrahman Yusuf

Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Mas'ud ra ia berkata, Rasulullah Saw bersabda: "Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nutfah, kemudian menjadi ‘alaqah (segumpal darah) selama itu juga, lalu menjadi mudhghrah (segumpal daging) selama itu juga, kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan 4 hal: rizki, ajal, amal dan celaka atau bahagianya, maka demi Allah yang tiada Rabb selain Dia, ada seseorang di antara kalian yang mengerjakan amalan ahli surga sehingga tidak ada jarak antara dirinya dan surga kecuali sehasta saja, kemudian ia didahului oleh ketetapan Allah, lalu ia melakukan perbuatan ahli neraka dan ia masuk neraka, dan ada diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli neraka sehingga tidak ada lagi jarak antara dirinya dan neraka kecuali sehasta saja, kemudian ia didahului oleh ketetapan Allah, lalu ia melakukan perbuatan ahli surga dan ia masuk surga”. (HR: Bukhari – Muslim)

Dalam riwayat at-Tirmidzi dan Ibnu Majah dengan redaksi yang sedikit berbeda; “... Kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan 4 hal: rizki, ajal, jodoh dan bahagia atau celakanya....”.

Hadits ini memjelaskan segala kondisi dan proses penciptaan manusia dari awal sampai lahir kedunia dengan ketetapan taqdir dan pada akhirnya mendapatkan surga atau neraka. Menjelaskan fase-fase perubahan sebuah janin yang menghabiskan waktu 120 hari, yang dimulai dengan nuthfah (sperma)  40 hari, ‘alaqah (segumpal darah) 40 hari dan mudhghrah (segumpal daging) 40 hari, sehingga ditiupkannya ruh dan dimulailah kehidupan bagi manusia.

“Wahai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang hari kebangkitan, maka (ketahuilah) sungguh Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes sperma, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang (ada yang) tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan diantara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) diantara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air diatasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah”. QS: Al-Hajj, 5)

“Dan sungguh Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu (menjadi) sperma (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian sperma itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging, kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain,maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik”. (QS: Al-Mukminun, 12-14).

Ruh adalah sesuatu yang manusia bisa hidup dengannya, ia merupakan bagian dari urusan Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:

“Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh, katakanlah, "Ruh itu termasuk urusan Rabb-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan (tentangnya) melainkan sedikit sekali".(QS: Al-Isra’, 85)

Dalam syarah Shahih Muslim karya Imam An-Nawawy rh beliau berkata; Ruh adalah personifikasi lembut yang mengalir didalam jisim seperti aliran air dalam tumbuh-tumbuhan. Sementara Imam Al-Ghrazaly didalam kitabnya Ihya ‘Ulumuddin mengatakan; Ruh adalah esensi yang menggerakkan tubuh.

Kalimat "Sesungguhnya ada seseorang di antara kamu melakukan amalan ahli surga" secara tersurat menunjukkan bahwa orang tersebut melakukan amalan yang benar dan amal itu mendekatkan pelakunya ke surga sehingga dia hampir dapat masuk ke surga kurang satu hasta. Ia ternyata terhalang untuk memasukinya karena taqdir yang telah ditetapkan bagi dirinya di akhir masa hayatnya dengan melakukan perbuatan ahli neraka. Dengan demikian, perhitungan semua amal baik itu tergantung pada apa yang telah dilakukannya. Akan tetapi, bila ternyata pada akhirnya tertutup dengan amal buruk, maka seperti yang dikatakan pada sebuah hadits: "Segala amal perbuatan itu perhitungannya tergantung pada amal terakhirnya".

Adapun hadits yang disebut oleh Muslim rh dalam Kitabul Iman dari kitab shahihnya bahwa Rasulullah bersabda: "Seseorang melakukan amalan ahli surga dalam pandangan manusia, tetapi sebenarnya dia adalah ahli neraka" Menunjukkan bahwa perbuatan yang dilakukannya semata-mata untuk mendapatkan pujian/popularitas. Yang perlu diperhatikan adalah niat pelakunya bukan perbuatan lahiriyahnya, orang yang selamat dari riya' semata-mata karena karunia dan rahmat Allah SWT.

Kalimat "Sesungguhnya ada seseorang di antara kamu melakukan amalan ahli neraka sehingga tidak ada jarak antara dirinya dan surga kecuali sehasta saja. Kemudian ia didahului oleh ketetapan Allah, lalu ia melakukan perbuatan ahli surga dan iapun masuk surga. Maksudnya bahwa, hal semacam ini bisa saja terjadi namun sangat jarang dan bukan merupakan hal yang umum, karena kemurahan, keluasan dan rahmat Allah kepada manusia. Yang banyak terjadi manusia yang tidak baik berubah menjadi baik dan jarang orang baik menjadi tidak baik.

Firman Allah SWT dalam hadits qudshy diriwayatkan oleh Rasulullah Saw; “Rahmat-Ku mendahului kemurkaan-Ku”menunjukkan adanya kepastian taqdir sebagaimana pendirian ahlussunnah bahwa segala kejadian berlangsung dengan ketetapan Allah dan taqdir-Nya, dalam hal keburukan dan kebaikan juga dalam hal bermanfaat dan berbahaya. Firman Allah SWT didalam Al-Quran surah Al-Anbiya’ ayat23“Dan Dia (Allah) tidak dimintai tanggung jawab atas segala tindakan-Nya, tetapi mereka (manusia) akan dimintai pertanggung jawabannya menyatakan bahwa kekuasaan Allah tidak tertandingi dan Dia melakukan apa saja yang dikehendaki dengan kekuasaa-Nya itu.

Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sungguh beruntunglah orang-orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sungguh merugilah orang-orang yang mengotorinya. (QS: Asy-Syams, 7-10).

Ustaz Abdurrahman Yusuf adalah Pimpinan Pesantren Tahfidzul Quran Syaikh Rasyid Al Mukhlishin, di Kutablang, Kota Lhokseumawe.