Oleh Ustaz Abdurrahman Yusuf

Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin Khatthab ra,ia berkata; Rasulullah Saw bersabda: "Islam didirikan diatas lima perkara, yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan ramadhan dan mengerjakan haji ke baitullah". (HR: Bukhari – Muslim)

Rasulullah Saw memberikan sebuah pemahaman, bahwa Islam yang dibawanya seperti sebuah bangunan yang kokoh, berdiri diatas pondasi dan kaidah yang kuat. Agama yang mengeluarkan manusia dari kekufuran, menjaminnya untuk masuk surga dan menjauhkannya dari api neraka dan memberikan penjelasan bahwa kaidah dan lima pilar inilah yang membangun kesempurnaan Islam.

Abu Abbas al-Qurthubi berkata; Lima hal tersebut menjadi asas agama Islam dan

landasan tegaknya Islam. Lima hal tersebut disebut secara khusus tanpa menyebutkan Jihad,padahal Jihad adalah membela agama dan mengalahkan penentang-penentang yang kafir, karena kelima hal tersebut merupakan kewajiban yang abadi secara individual, sedangkan jihad merupakan salah satu fardhu kifayah, sehingga pada saat tertentu bisa menjadi tidak wajib.

Para ulama kemudian sepakat menyebutkan, bahwa hadits ini sebagai landasan rukun Islam yang lima. Yang antara satu dengan lainnya saling terikat kuat dan tidak ada perbedaan tingkatan kewajiban. Islam diawali dengan syahadatain dan lalu dibuktikan dengan shalat sebagai bagian dari pembuktian keimanan seseorang kepada Allah SWT.

Dan kemudian dilanjutkan dengan amal harta, yaitu mengeluarkan zakat, amal badan, ya’ni berpuasa satu bulan dibulan ramadhan dalam setiap tahunnya dan amal yang mencakup keseluruhan dalam bentuk pengorbanan harta, badan dan jiwa, yaitu melaksanakan haji ke baitullah.

Dalam hadits yang lain Rasulullah Saw bersabda: “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sehingga mereka bersyahadat bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah”. (HR: Bukhari – Muslim)

Al-Bazzar rh juga meriwayatkan, bahwa Nabi Saw bersabda: “Barangsiapa yang mengucapkan ‘Laa ilaaha illallaah’ dengan ikhlas, maka ia masuk surga”.

Barangsiapa yang melaksanakan rukun-rukun ini dengan sempurna, maka ia adalah seorang muslim yang sempurna imannya. Barangsiapa yang meninggalkan seluruh rukun ini, maka ia adalah seorang kafir. Dan barangsiapa yang mengingkari salah satu dari rukun ini, maka ia bukanlah muslim menurut ijmak.

Barang siapa yang melaksankan sebahagian dari rukun ini dan melalaikan rukun yang lainnya (selain syahadat) karena malas, maka ia orang fasik. Barangsiapa yang melakukan amalan dan menyebut-nyebutkan amalan tersebut kepada manusia dengan ria, maka ia munafiq.

Ibadah dalam Islam bukanlah sebatas bentuk dan rupa belaka, akan tetapi yang dikehendaki dari ibadah adalah tujuan dan pemaknaannya ketika melaksanakannya. Oleh karena itu shalat tidak akan bermakna jika tidak bisa meninggalkan perbuatan keji dan mungkar.

Demikian pula puasa tidak akan bermanfaat jika ia tidak dapat meninggalkan perkataan dusta. Sama halnya dengan haji dan zakat tidak akan diterima dan bernilai ketika ada unsur ria, sum’ah dan ‘ujub. Namun demikian bukan berarti kita boleh meninggalkan ibadah tersebut jika belum mendapatkan buah atau hasil darinya, karena maksud ibadah disini adalah menjadikan diri ini ikhlas dalam melaksankannya dan mewujudkan tujuan dari ibadah itu sendiri.

“... dan dirikanlah shalat, sungguh shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar dan sungguh mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya) dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS: Al-‘Ankabut, 45) 

Wallaahu a’lam bish-shawaab.

Ustaz Abdurrahman Yusuf adalah Pimpinan Pesantren Tahfidzul Quran Syaikh Rasyid Al Mukhlishin, di Kutablang, Kota Lhokseumawe.