MEDAN - Jika mengenang kejayaan bioskop di masa lalu, keberhasilan mereka dalam mengembangkan usaha bioskopnya terletak pada strategi usaha yang diterapkannya. Strategi itu lebih difokuskan pada faktor kenyamanan, kualitas film, keamanan dan beberapa hal penting lainnya yang dapat dijadikan sebagai nilai tambuh bagi pengusaha bioskop untuk menjalankan usaha bioskopnya. 

Bioskop pada masa jayanya membagi kelas penonton berdasarkan kemampuan membeli tiket, yaitu Kelas Balkon (posisi duduk di balkon/tempat paling atas yang memiliki fasilitas yang lebih baik dari segi kenyamanan), Kelas Lose (berada di tengah tepat dibawah balkon), dan Kelas Kambing (paling bawah dan dekat layar).

Sutradara AR Qamar dalam perbincangan beberapa waktu lalu, mengatakan bahwa sampai tahun 1950-an di Medan terdapat 15 bioskop. Beberapa bahkan didirikan di masa pendudukan Belanda, seperti Deli, Cathay, Horas, Juwita, Medan, Minang (sebelumnya Morning), Ria (sebelumnya Rex), dan Riang (sebelumnya Rio).

Bekas gedung bioskop yang sampai hari ini masih berdiri kokoh adalah Cathay yang ada di persimpangan Jalan Sutomo dan MT Haryono. Gedung ini beralih fungsi menjadi pusat penjualan grosir sepatu, baju dan celana.

Kalau mengenang keberadaan gedung ini di masa lalu, bersaing ketat dengan bioskop Nasional yang jaraknya sekitar 15 meter dari Cathay. Bioskop Nasional kini beralih fungsi menjadi barisan rumah toko. Ada juga Bioskop di Medan Mall dan Olympia Plaza yang sekrang jadi sentra grosir (perkulakan).

Gedung bioskop lainnya yang masih bertahan adalah Ria yang ada di persimpangan Jalan Palangkaraya – MT Haryono (persis di depan gedung Uniland).

Setelah tidak eksis lagi di dunia perfilman, gedung bioskop Ria beralih fungsi menjadi Restoran Ria. Memasuki gedung ini, ada beberapa perubahan yang dilakukan pemilik. Tampilan depan gedung tetap dipertahankan, hanya saja ada beberapa bagian yang disesuaikan dengan perkembangan jaman.

Golden Theater di Jalan Gatot Subroto Medan yang dulu dikenal sebagai bioskop Golden sekarang beralih fungsi menjadi pusat pertokoan. Ada juga bioskop Majestyk yang sempat jaya dan dibawahnya ada supermarket Yuki akhirnya beralih fungsi menjadi hotel dan pusat hiburan.

Gedung ini pernah terbakar saat berfungsi sebagai karaoke. Ada beberapa korban jiwa dalam peristiwa kebakaran di gedung ini.

Bioskop yang dulu melekat dengan pusat perbelanjaan seperti bioskop Plaza Theatre yang ada di Medan Plaza sekarang gedungnya sudah terbakar, di kawasan Deli Plaza ada juga gedung City Plaza yang didalamnya ada bioskop President dan Empire yang juga sempat berjaya di tahun 1990-an sampai tahun 2000-an.

Bioskop ini kemudian tutup seiring tidak difungsikannya City Plaza dan Deli Plaza. Sekarang, gedung Deli Plaza dan City Plaza sudah rata dengan tanah dan beralih fungsi menjadi hunian vertikal Podomoro City Land.

Bioskop Budi di Jalan Pasar III-Jalan Rakyat, bioskop Irama Kampung Baru sekarang beralih fungsi menjadi Suzuya supermarket, bioskop Karimata Padang Bulan sekarang menjadi pusat perbelanjaan Transmart (Carrefour), bioskop Sei Sikambing di kawasan Pasar Sei Sikambing Jalan Gatot Subroto Medan berlaih fungsi menjadi barisan ruko.

Bioskop President Theater di Deli Plaza termasuk bioskop yang paling diminati pada masa jayanya. Bioskop ini selalu berlomba-lomba dengan bioskop 21 (twenty one) lainnya yang pada masa itu menonjolkan kehebatan sound-nya.

Ada juga bioskop Hirako Padang Bulan, posisi persisnya di Pajak Sore Padang Bulan sudah beralih fungsi, dan halamannya digunakan sebagai stasiun bus antar kota.

Bioskop Odeon di Simpang Barat Jalan Gatot Subroto Medan. Gedung ini sempat beralih fungsi menjadi Gereja Harvest, dan sekarang gedung ini terlihat masih berdiri kokoh.