BERDAKWAH jelas merupakan perintah agama, “Sampaikanlah walau satu ayat”. Agama merupakan pedoman utama terhadap kehidupan umat manusia agar bahagia di dunia dan di akhirat (doa yang selalu kita mohon). Dengan bahasa lain tujuan beragama agar umat sejahtera dalam ridha Allah.

Sedangkan tujuan dakwah mengajak, menghimbai dan momotivasi umat manusia menuju umat yang sukses baik didunia mupun di akhirat kelak. Sukses didunia merupakan jembatan terbaik untuk sukses diakhirat. Dengan demikian materi dakwah tentu berisikan suruhan-suruhan dan larangan-larangan Allah yang bersumber dari Al-Quran dan hadis sahih yang menyentuh dunia akhirat.

Kita tahu ajaran islam itu ajaran yang sangat sempurna dan seimbang antara maslahat dunia dan maslahat akhirat. Seimbang maksudnya adalah tidak fokus kepada akhirat saja tapi tidak melupakan sukses didunia (Ayat : Laa tansa nisibaka minaddunya). Tapi apa yang terjadi pada dunia dakwah kita. Justru terkesan tidak seimbang. Materi dakwah cenderung berbicara tentang sukses diakhirat dengan materi iman dan takwa serta ibadah ibadah tertentu. Boleh dikatakan dakwah kita menonjolkan hubungan dengan Allah, sedangkan hubungan sesama manusia terabaikan. Padahal islam itu berisikan keseimbangan antara hablumminallah dan hablumminannas yang intinya ialah berakhlak mulia.

Bagaimana kita berakhlak kepada Allah, berakhlak kepada diri sendiri, kepada keluarga, kepada masyarakat luas (berbangsa dan bernegara) dan terhadap lingkungan alam semesta. Barangkali ini pulalah salah satu sebab mengapa sukses didunia dikuasai oleh non-muslim, padahal ajaran kita yang punya tapi diamalkan orang lain. Ditambah lagi kita sibuk memperdebatkan hal-hal yang sunat, khilafiah, termasuk akhir-akhir ini sibuk dengan eksistensi aliran aliran, sedangkan pemahaman agama secara utuh (kaffah) diabaikan.

Dalam suatu komunitas, jemaah diyakini banyak juga orang-orang yang sudah beruntung, katakanlah secara relatif sudah sukses didunia, tapi mereka juga pengamal agama dengan baik dan benar. Mereka juga mampu menjaga hubungan dengan Allah dan sesama manusia dengan baik. Mereka ini tak pernah disinggung-singgung apalagi dihargai oleh pendakwah.

Seharusnya pendakwah yang arif yang mengerti sistematika dakwah jangan pernah lupa disetiap dakwah menyebut tujuan utama beragama yaitu sukses didunia dan sukses diakhirat. Pasti ada dari kita atau jemaah yang sudah sukses didunia dan berpeluang besar sukses diakhirat. Untuk itu pendakwah harus mengajak jamaah bersyukur kepada saudara-saudara kita yang telah sukses tersebut semoga dapat mempertahankan kalau bisa ditingkatkan lagi.

Begitupula menutup dakwah jangan lupa menyebut dan menyampaikan : mari kita berusaha terus agar sukses didunia dan sukses diakhirat kelak. Jangan hanya selalu menuding atau menganggap semua komunitas atau jemaah seolah-olah tidak mengerti agama dan tidak pernah ada yang sukses, intinya adalah : kita hargai yang sukses, kita ajak yang belum sukses. Itulah dakwah yang seimbang dan inilah yang kita rindukan hadirnya pendakwah-pendakwah yang arif, objektif, tidak menggurui, tahu dengan metoda dan sistematika dakwah. Jangan hanya bermodalkan retorika dan hafal ayat serta hadis. sebuah renungan bagi kita semua khususnya para pendakwah. Wallahua’lam.***

Drs. H. Iqbal Ali, MM – Pengamat Sosial dan Keagamaan