PONOROGO - Namanya Ida Wahyuti. Sekilas itu terlihat seperti anak lainnya yang lincah. Sayangnya, bocah sepuluh tahun itu diikat kakinya. Pemasungan pada Ida ini akhirnya mulai mendapat perhatian. Dinsosnakertrans dan Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Ponorogo sudah menyambangi Ida dan keluarga.

Kasi Pemberdayaan Organisasi Sosial Dinsosnakertrans Ponorogo Andi Suhardiman menjelaskan, dirinya dan tim LK3 datang untuk assessment. Tujuannya, mengorek data perinci tentang karakter Ida dan masalah di keluarga.

"Supaya jelas apa kebutuhan Ida, termasuk terapinya," ucapnya.

Menurut Andi, dari sejumlah kasus pemasungan yang pernah ditangani, kasus yang menimpa Ida berbeda. Berdasar hasil penilaian sementara, Ida tidak menderita gangguan jiwa seperti yang dialami banyak korban pasung di Ponorogo.

Dari penggalian data dengan orang tua Ida, Barokah dan Sriani, anak tersebut diikat karena orang tuanya takut. Mereka khawatir karena Ida kerap membahayakan nyawa sendiri. Mulai bermain di sumur, lari ke jalan ramai, hingga bersembunyi di gorong-gorong.

"Kebanyakan korban pasung diberi pengobatan supaya berangsur normal. Sementara itu, penanganan Ida tampaknya akan berbeda," paparnya.

Selain itu, Ida sempat mengidap polio saat kecil. Namun, saat usia lima tahun, Ida mulai bisa berjalan. Lambat laun, perkembangan motorik Ida cenderung melebihi anak normal lainnya. Dia menjadi hiperaktif.

Kendati demikian, orang tuanya masih enggan melepas Ida jauh dari rumah. Padahal, cara menangani anak hiperaktif seperti Ida hanya dengan terapi.

"Kami akan terus mendekati orang tua Ida. Keluarga tidak mampu seperti Ida mendapatkan jaminan kesehatan, termasuk terapi untuk Ida," ungkapnya.

Sementara itu, Ketua LK3 Ponorogo Tajib membenarkan bahwa Ida adalah anak hiperaktif. Meski, kepastian tersebut tetap harus diuji secara medis. Hanya, Tajib menyebut belum ada terapi gratis untuk anak hiperaktif di daerah.

Karena itu, satu-satunya jalan adalah membawa Ida ke Surabaya untuk terapi di RSUD dr Soetomo. Selain Surabaya, pilihan lain adalah Malang. Dia optimistis biaya pengobatan gratis.

"Kami akan pastikan, Ida mendapatkan jaminan terapi dan pembiayaan gratis. Harapannya, anak tersebut bisa tumbuh dan berkembang dengan normal," ungkapnya. ***