LEBAK - Sebuah keluarga di Kampung Gunung Dadap, Desa Ciakar, Kecamatan Gunung Kencana, Lebak, Banten, tinggal di bekas kandang kambing. Keluarga itu terdiri dari Satiman (41), istrinya yang tunawicara dan seorang anaknya.

Mereka 'menyulapnya' agar lebih nyaman ditinggali, meski masih ada bau tak sedap yang menghinggapi. "Kalau hujan, ditutupin sama daun pisang saja biar nggak netes (bocor) air hujannya," kata Satiman, saat ditemui di kediamannya di Lebak, Banten, Senin (18/7/2016).

Udara pengap terasa di dalam ruangan milik Satiman yang sehari-hari tak memiliki pekerjaan tetap. Untuk makan, keluarganya mengandalkan hasil alam di sekitar rumahnya, seperti singkong yang direbus.

"Paling makan singkong rebus, itu pun kalau ada. Kalau nggak, ya nunggu ada yang ngasih saja dari orang sini," ujar Satiman.

Karena tak memiliki pekerjaan tetap, Satiman rela melakukan apa saja untuk keluarganya. Entah itu menjadi buruh tani dengan upah hanya Rp 12 ribu per hari atau pekerjaan serabutan lain yang membutuhkan tenaganya.

Namun terkadang, keluarga ini harus menahan lapar. Seperti disampaikan Endut, relawan setempat yang mendapat laporan dari masyarakat terkait kondisi keluarga Satiman.

"Kadangkala mereka harus menahan lapar saja, karena tidak ada yang bisa dimakan. Jarang sekali mereka makan dengan nasi selayaknya makanan pokok," kata Endut.

Endut bersama relawan lainnya dan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kecamatan Gunung Kencana, Kabupaten Lebak, Banten, mengetuk nurani masyarakat dan pemerintah daerah untuk bergotong royong membantu keluarga Satiman agar bisa hidup layak.

"Hingga kini, belum ada bantuan dari Pemkab Lebak atau Pemprov Banten," ucap Endut.***