SURABAYA- Pusat kerajinan tangan Tiara di Jalan Sidosermo Indah, Surabaya, Jawa Timur ini sangat unik. Keunikannya terletak pada syarat yang harus dipenuhi bila ingin bekerja di sini, yakni harus penyandang cacat atau kaum difabel.

Pemilik usaha itu, Titik Winarti mengatakan, usaha itu mulai didirikannya sejak tahun 1995. Titik mengungkapkan, dia sengaja mempekerjakan 100 persen kaum difabel. Alasannya, selama ini kaum difabel sering mendapatkan perlakuan tidak adil dari perusahaan. Salah satunya dengan minimnya kuota yang disediakan untuk mereka.

“Misalnya, dalam setiap job fair itu kuota untuk kaum difabel hanya sebesar satu persen. Itu pun hanya untuk formalitas. Ini kan namanya tidak adil. Makanya, kalau mau kerja di tempat ini, syaratnya mudah, harus penyandang cacat, selain penyandang cacat tidak boleh,” ujar Titik di Surabaya, Sabtu 18 Juni 2016.

Berangkat dari keinginan memanusiakan kaum difabel, maka Titik mendirikan pusat kerajinan itu. Berdasarkan data yang dimilikinya setidaknya sudah ada sekitar 700 orang kaum difabel yang pernah bekerja di tempat itu.

Meski tubuh mereka tak sempurna, namun semangat kerjanya luar biasa. Barang yang dihasilkan juga beragam, mulai dari tas, kaos, dompet, kipas tangan, dan beragam barang kerajinan tangan lainnya. Atas kepeduliannya itulah, Titik pun mendapatkan penghargaan dari berbagai pihak.

“Salah satunya saya pernah diundang ke Amerika, untuk mewakili Indonesia di PBB pada tahun 2004, di bidang Micro Finance and Micro Credit,” kata Titik.

Selain itu, barang kerajinan yang dihasilkan oleh tempat itu juga sudah diekspor ke berbagai negara. Mulai dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara, hingga kota-kota besar di Amerika, seperti Virginia, dan Conecticut.

“Bahkan, saat Ramadan seperti ini kami juga kebanjiran order, kalau dalam satu bulan omset kami Rp15 juta, maka di bulan Ramadan ini bisa 2 kali lipat,” ujar Titik.

Sementara itu, anggota Komisi VI DPR RI yang mengunjungi tempat itu, Bambang Hariyo mengatakan, pihaknya siap memberikan dukungan penuh untuk pusat kerajinan tangan itu. Salah satunya dengan merekomendasikan pemberian Kredit Usaha Rakyat.

“Bahkan, KUR yang sekarang bunganya juga turun, dari sembilan persen menjadi enam persen, tidak pakai agunan,” kata Bambang.

Dengan pemberian bantuan itu, Bambang berharap Titik bisa semakin mengembangkan usahanya. Sehingga, lebih banyak kaum difabel yag bisa terbantu.

“Karena bagaimanapun juga mereka ini adalah saudara kita juga, jadi negara harus memberikan fasilitas dan keadilan,” ujar Bambang.***