TANGERANG- Nama Dimas muncul dalam persidangan kasus pembunuhan sadis Eno Parihah. Hingga kini sosok Dimas, termasuk hubungannya dengan korban, masih misterius.

Namun bagi warga Kampung Jati Mulia, Kosambi, Kabupaten Tangerang, nama Dimas alias Tompel tidak asing. Meski bukan warga asli kampung itu, pemuda dengan ciri khas tompel pada wajahnya itu sejak kecil sudah menetap di lingkungan tersebut. ''Cukup dikenal,'' ujar Neneng, ibu RAI, terdakwa pembunuh karyawati bernama Eno Parihah, Kamis, 9 Juni 2016

Neneng tidak mengenal baik sosok Dimas. Namun RAI cukup dekat dengan lelaki itu. Dimas dikenalkan kepada RA oleh Bowo, pemuda yang pernah mengontrak di dekat rumahnya. "Dikenalin waktu main futsal bareng," kata Neneng.

Terkait dengan telepon seluler Eno Farihah yang sempat dimiliki oleh RAI, Neneng mengatakan ponsel itu dibeli dari Dimas pada 13 Mei 2016, beberapa jam sebelum pembunuhan Eno terungkap. "Anak saya bertemu Dimas di tengah jalan. Saat itu Dimas memberikan handphone itu kepada anak saya," tutur Neneng. RAI menerima ponsel tersebut dan mencobanya di rumah. "Ternyata HP itu tidak ada SIM-card nya dan mati, juga tidak bisa dicas."

Kemudian RAI membawa ponsel tersebut ke temannya, Eko. Karena tidak bisa diperbaiki, RAI meminta Eko membeli ponsel itu seharga Rp30 ribu. Karena RA memiliki utang kepada Eko Rp 20 ribu, Eko membeli ponsel itu seharga Rp 10 ribu, sudah dipotong utang.

Kuasa hukum RA, Selamat Tambunan, mengatakan, dari ponsel itulah polisi menangkap Eko. "Dan dari Eko-lah informasi awal HP itu dari RAI," ucap Neneng. RAI ditangkap polisi di rumahnya di Kampung Jati Mulia pada Sabtu malam, 14 Mei lalu.

Anehnya, kata Selamat, meski telah berulang kali RAI menyebut nama Dimas dalam proses penyelidikan dan penyidikan, polisi hingga kini tidak menelusuri dan memburu orang yang bernama Dimas itu. "Di sini keanehannya, nama Dimas tak pernah disebut polisi, baik dalam pemeriksaan maupun BAP," kata Selamat.

Eno, 19 tahun, ditemukan tewas mengenaskan di mes perusahaan tempat dia bekerja di Desa Jatimulya, Kecamatan Kosambi, Jumat, 13 Mei. Pada sekujur tubuhnya terdapat banyak luka dan ada gagang cangkul di kemaluannya.

RAI merupakan satu dari tiga tersangka pembunuh Eno. Belakangan, dalam persidangan, salah satu tersangka bernama Rahmat Arifin membantah kenal dengan RAI. Mereka menyatakan bukan RAI yang bersama mereka saat melakukan pemerkosaan dan pembunuhan Eno.***