JAKARTA - Setelah membuat heboh dengan menggagas full day school, kini Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy kembali menjadi sorotan karena beredar fotonya saat menulis di dahi seorang bocah SD.

Foto itu diunggah oleh pemilik akun Facebook Meicky Shoreamanis Panggabean. Pemilik akun menyertakan status pada unggahan foto tersebut.

"Perkenalkan... Ini Mendikbud Indonesia, negara keempat terbesar di dunia. Namanya Pak Muhadjir.

Yang mana orangnya?

Yang MENJADIKAN DAHI ANAK TATAKAN BUAT MENULIS itu lho. Yang keempat dari kiri.

Nah, itu Mendikbud Indonesia.

#CumaNgasihTauDoang #MerryllAgnes," tulis pemilik akun, diakses pada Jumat, 9 September 2016.

Sejak diunggah hari ini sekitar pukul 06.00 WIB, unggahan itu disukai oleh 25 pengguna Facebook dan dibagikan sebanyak 290 kali. Unggahan tersebut juga mendapat 21 komentar.

"Mgkn dia kira itu lucu, krn yg lain pada ketawa. Jadi pelawak aja pak jangan jd mentri," tulis pemilik akun Sesy Nadyani Marzuki.

Penjelasan Kemendikbud

Kepala Sub-Hubungan Media, Birkom dan Layanan Masyarakat Kemendikbud, Jusman Sihombing membenarkan adanya peristiwa itu.

Jusman menegaskan, gambar itu diambil saat kunjungan Menteri Muhadjir ke SD Sabilillah, Malang, Jawa Timur yang menerapkan sistem full day school pada 2 September lalu.

"Pak Menteri itu kan ketemu anak-anak. Terus anak-anak itu minta tanda tangan," ujar Jusman saat berbincang dengan Dream, Jumat, 9 September 2016.

Jusman mengatakan, Menteri Muhadjir ingin akrab dengan anak-anak. Sehingga dia melayani permintaan anak-anak itu.

Selanjutnya, Jusman menerangkan inisiatif untuk menulis tanda tangan dengan tatakan dahi muncul secara spontan dari salah satu anak. Inisiatif ini keluar saat Muhadjir hanya menerima secarik kertas.

"Pak Menteri sempat bertanya 'Mau tanda tangan di mana?" Anak itu menjawab, 'Di sini saja, Pak, supaya ingat dan terinspirasi' sambil menunjuk dahinya," kata Jusman.

Lebih lanjut, Jusman mengatakan kabar mengenai itu tersebut sudah diketahui oleh Muhadjir. Tetapi, kata dia, Muhadjir memilih untuk tidak terlalu memikirkan kabar itu.

"Karena kondisi di lapangan memang sedang kondisi guyon (bercanda) dan tidak ada maksud menjadikan dahi sebagai tatakan menulis," ucap Jusman.***