JAKARTA - Di tengah perayaan HUT ke-71 Kemerdekaan Indonesia, di tengah laut lepas, Muhammad Sofyan (28) berhasil meraih kebebasannya. Dia mempertaruhkan nyawa demi lepas dari cengkeraman Abu Sayyaf yang menyanderanya di Kepulauan Sulu, selatan Filipina.

Kabur dan berenang di laut lepas dilakoni pelaut asal Indonesia ini setelah lebih dari dua bulan ditawan para simpatisan ISIS tersebut.

Sepanjang sejarah, baru kali ini sandera asing Abu Sayyaf berhasil kabur tanpa keterlibatan pihak luar atau operasi militer. Merujuk arsip BBC, sebelumnya sandera yang sukses melarikan diri berkat perjuangan sendiri barulah warga asli Filipina.

Salah satu upaya kabur paling mendebarkan seperti Sofyan dialami tiga WN Filipina pada 11 Oktober 2001. Bertram Benasing saat itu berusia 21 tahun bersama adiknya yang masih remaja, serta Michael Abellion (20), memanfaatkan kelengahan para penculik. Karena sudah ditahan lebih dari setengah tahun, mereka mulai meraih sedikit kepercayaan oleh anggota Abu Sayyaf.

Bertram dan dua orang lainnya memanfaatkan celah saat diperintahkan mencari air bersih dan memetik pisang. Ketiganya kabur dengan cara berjalan satu hari satu malam menuju pantai, lalu berenang mencari pertolongan.

Gringo Villaruz dan Rod Allain Pagaling, dua-duanya penjaga pantai Filipina, juga pernah ditawan berbulan-bulan oleh Abu Sayyaf di Sulu. Mereka kabur pada pertengahan Agustus 2015 ketika militan terlalu fokus menghadapi serangan militer Filipina tengah malam.

Gracia Burnham, warga Amerika Serikat yang selamat dari Abu Sayyaf pada 2001, bebas berkat operasi militer Filipina. Itupun dengan pengorbanan besar karena sang suami, Martin, tewas tertembak di tengah kekacauan.

Lorenzo Vinciguerra, tawanan Abu Sayyaf lainnya dari Swiss, berhasil kabur pada Desember 2014 usai disandera dua tahun. Vinciguerra memperoleh momentum berkat adanya serangan markas Abu Sayyaf oleh helikopter tempur Filipina.

Maka dari itu, perjuangan Sofyan tak kalah hebat dari para tawanan lainnya. Pelaut ini bersama sesama tawanan asal Indonesia, Ismail, memilih cara berisiko setelah para militan mengancam segera memenggal mereka gara-gara tebusan tak kunjung dibayar.

Anak buah kapal TB Charles itu menyusun rencana pelarian. Sofyan kabur, pun demikian dengan Ismail pada Selasa (16/8) malam. Namun karena waktu pelarian keduanya berbeda, kabar Ismail sampai sekarang belum diketahui.

Sofyan, berdasarkan laporan Inquirer, terus berlari dan berlari menuju tepi pantai. Sofyan kabur dengan cara berenang ke menyusuri perairan dangkal di sela hutan bakau antara Barangay Bual dan Bato-Itum, Kepulauan Sulu.

Rabu (17/8) pagi pukul 07.32 waktu setempat, Sofyan berhasil meraih kembali kebebasannya. Dia tersangkut di jala nelayan lokal. Warga kemudian membawanya ke kantor polisi untuk mendapat pertolongan. Sofyan yang sehari-hari tinggal di Takalar, Sulawesi Selatan, kini telah berada dalam perlindungan polisi Filipina.

"Sandera berlari, kemudian berenang ke laut," kata Mayor Filemon Tan, juru bicara militer Filipina seperti dilansir Reuters.

Tentara Filipina belum mengetahui kondisi enam sandera pelaut Indonesia yang masih ditawan. "Kami sedang mengerahkan sumber daya untuk memantau dan menyelamatkan sandera lainnya," kata Tan.

Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi telah berkoordinasi dengan Menlu Filipina Perfecto Yasay untuk evakuasi Sofyan. Tim dari KBRI Manila dan KJRI Davao sudah berada di Zamboanga City guna mengawal proses pemulangan sang pelaut pemberani itu.

Sri Dewi, istri Sofyan yang kini berada di Takalar, sudah menerima kabar keberhasilan suaminya kabur dari Abu Sayyaf. "Gembira karena sudah dengar kabarnya. Mau dua bulan baru ada kabar," kata Dewi.

Sofyan adalah satu dari tujuh awak kapal Charles milik PT Rusianto Bersaudara yang ditawan sejak 23 Juni lalu. Mereka diculik oleh faksi Abu Sayyaf pimpinan Al Habsy Misaya. Para teroris itu menuntut tebusan 250 juta Peso.

Pelaut Indonesia menjadi korban penculikan agresif Abu Sayyaf sepanjang tahun ini. Setidaknya 24 anak buah kapal disekap, baru 11 yang bebas. Militan sudah memenggal dua sandera asal Kanada tiga bulan lalu, gara-gara tebusan tak dibayar. Selain sandera asal Tanah Air, warga asing yang masih ditawan Abu Sayyaf adalah lima orang Malaysia, satu warga Norwegia, dan satu dari Belanda.

Belum jelas bagaimana nasib enam rekan Sofyan lainnya yang masih ditawan Abu Sayyaf. Keenam orang itu adalah Ismail, Muhammad Nasir, Kapten Ferry Arifin, Robin Piter, Mabrur dan Edi Suryono. ***