SURABAYA - Banyak orang yang pernah berjasa mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional tidak mendapatkan penghargaan yang layak dari negara. Bahkan ada yang dilupakan sama sekali, sehingga mereka harus membanting tulang untuk menghidupi keluarganya. Salah satu diantaranya adalah Suharto.

Suharto merupakan seorang atlet balap sepeda yang pernah mengharumkan nama Indonesia pada era 1970 an, yang kini justru menjadi penarik becak. Suharto berhasil menyabet medali emas pada SEA Games Kuala Lumpur tahun 1979.

“Waktu itu nomor yang saya lakoni adalah Team Time Trial,” kata Suharto di Surabaya.

Selain berhasil meraih medali emas, Suharto juga pernah meraih dua medali perak. Kedua medali perak itu berhasil diraihnya pada Sea Games Thailand tahun 1977 silam.

Suharto mengaku, kenangan itu begitu terasa indah, dan kuat dalam benaknya. Di mana saat itu dia begitu bangga mendapatkan kalungan medali emas, serta karangan bunga.

“Tapi yang paling membanggakan itu saat mendengarkan lagu Indonesia Raya dikumandangkan, itu saya sangat terharu,” ujar Suharto seraya menitikkan air mata.

Sayang, masa-masa indah itu kini hanya jadi kenangan. Saat ini hidup Suharto begitu memprihatinkan. Sebab, saat ini Suharto harus menjadi seorang penarik becak untuk menghidupi keluarganya.

Tidak hanya itu, saat ini Suharto juga harus tinggal di sebuah kamar kos yang terletak di Jalan Kebon DalemVII, Surabaya. Saat menarik becak, Suharto biasanya mangkal di kawasan wisata religi Makam Sunan Ampel.

Hasil yang didapatkan dari menarik becak itu menurut Suharto sangat pas-pasan. “Pokoknya cukup buat makan sama istri. Bahkan, saya juga sering pindah kos karena mencari yang sewanya murah,” kata bapak 3 anak ini.

Sebelum menjalani kehidupan sebagai penarik becak, Suharto juga sempat menjalani sejumlah profesi lainnya. Di antaranya membantu tetangganya berjualan ayam, hingga menjadi kernet angkutan kota (angkot).

Selain itu, Suharto juga sedang menderita penyakit hernia. Suharto mengungkapkan, sebenarnya dia sudah melakukan operasi. Namun, hal itu rupanya tidak banyak membantu.

Oleh karena itu, untuk mengurangi rasa sakit yang biasa melanda di bagian perutnya itu, kini Suharto selalu mengganjal perutnya dengan dua balok kayu. “Kalau tidak seperti itu, saya mesti sakit, terus tidak bisa narik becak lagi,” ujar Suharto.

Saat ini, Suharto hanya berharap bantuan pemerintah untuk terus bisa menyambung hidupnya. “Mungkin ada banyak teman-teman atlet yang nasibnya juga sama seperti saya ini,” kata Suharto.***