SEMARANG - Pasangan Sutaji (58) dan Munawaroh (57), bukan keluarga berada. Pekerjaannya serabutan dan penghasilannya sangat minim. Namun demikian, keduanya punya mimpi besar, yakni menunaikan ibadah haji.

Bagi sebagian orang, mimpi Sutaji dan Munawaroh mungkin dianggap tak rasional, mengingat ongkos naik haji yang sangat mahal. Namun karena niat yang tulus dan tekad kuat, mimpi Sutaji dan Munawaroh akhirnya benar-benar terwujud.

Meski harus menunggu hingga hampir 11 tahun, impian pergi naik haji bisa terlaksana di tahun 2016 ini. Sutaji-Munawaroh akan diberangkatkan pada 2 September 2016 dari Kloter 68 Kota Semarang.

Bersama dengan para jamaah lain, ia akan diberangkatkan ke Arab Saudi melalui Embarkasi Donohudan, Boyolali, Jawa Tengah.

Pencari Rumput

Kisah warga kampung Kliwonan RT 03/07 Kelurahan Tambakaji, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang itu meninggalkan kesan mendalam. Sebelum berniat pergi berhaji, keduanya minta restu pada ketiga anaknya.

“Nak, bapak dan ibu mau niat haji ya. Setuju atau tidak?” kata Sutaji, menceritakan asal mula keinginanya pada tahun 2005 lalu.

Ketiga anaknya pun merestui orangtuanya nantinya menabung pergi berhaji. Sejak itu, pasangan ini sepakat mencari nafkah sebanyak-banyaknya untuk mendaftar biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH).

Setelah bekerja serabutan sebagai kuli panggul di pasar, Sutaji mulai berbenah. Dia menyadari usia tuanya tidak mampu mengangkat beban berlebih. Sejak saat itulah, dia menawarkan jasa untuk mengelola ternak sapi. Ia memilih ternak penggemukan, ketimbang peternakan.

Kepada warga, dia menyampaikan siapa yang ingin mengembangkan usahanya. Setelah lama ditawarkan akhirnya ada warga yang membantu untuk menggemukkan sapi. Setelah ada yang bersedia, Sutaji akhrinya mencari rumput sebagai pakan ternak saban harinya.

“Setiap hari saya selalu mandikan (sapi) pakai air panas. Saya merawatnya rutin, bahkan tiap malam selalu kepikiran, besoknya (sapi) mau dikasih makan apa,” kisah Sutaji, saat ditemui Kompas.com, di kediamannya.

Dalam mencari rumput, dulunya ia jalan kaki menarik gerobak. Namun karena jalanan menanjak di dekat rumahnya serta jauhnya jarak yang harus ditempuh, dia akhirnya mencari gledekan (kendaraan).

Beruntung, ada tetangga yang iba yang minta dirinya membeli sepeda motor seharga Rp1 juta untuk mencari rumput. Ia pun mencari rumput di kawasan industri. Tempat itu dicari karena banyak tanah lapang yang kosong dimana rumput tumbuh liar. Dari beternak, ia mendapati keuntungan.

“Dari 2 ekor hasil pertama menjadi 5, tahun 2010 semua dijual untuk daftar haji,” ujarnya.

Untuk menopang kebutuhan rumah tangga sehari-hari, peran Munawaroh terlihat vital. Di rumahnya, ia bekerja sebagai penjahit pakaian.

“Jahit bajunya tetangga,” imbuh ibu tiga anak ini.

Bertahun-tahun bekerja mencari rumput inilah yang membuat Mutaji dan istrinya mendapat imbalan hingga bisa cukup untuk pendaftaran haji pada 2010. Untuk melunasi biaya haji dan uang sakunya, dia pun melakukan hal serupa hingga 2016 ini.

Imbalan dari usaha penggemukan ternak tidak pernah dinikmatinya. Uang itu ditabung untuk kepentingan impiannya itu.

“Kuncinya satu mas. Kalau anak-anak sudah setuju, kita sudah mantapkan niat, ya sudah. Kita bekerja, tinggal nanti Tuhan yang menentukan,” kata Sutaji.

Hingga kini, pasangan ini masih tidak menyangka bisa menunaikan ibadah haji yang baginya sudah seperti mimpi. Saat menceritakan kisahnya, mata Sutaji sempat berkaca-kaca menahan agar air matanya tidak menetes. Dia terharu lantaran merasa sebagai orang yang tidak berpendidikan (tidak lulus SD) ternyata masih bisa tetap berhaji.

"Saya berterima kasih kepada Allah. Saya akhirnya sudah punya biaya,'' ujarnya.

Sutaji dan istrinya cukup beruntung karena ketiga anaknya gotong royong membantu segala persiapan mereka, termasuk syukuran kepada warga sekitar sebelum berangkat haji.

"Saya sudah setahun ini berhenti kerja dulu. Alhamdulillah, badannya sudah tidak kurus seperti saat kerja dulu. Ini syukuran juga anak-anak yang biayai," ujar Munawaroh.

Kerja keras dan niatan yang tulus tampaknya menjadi hal baik yang perlu dipelajari bagi banyak orang. Semoga menjadi haji mabrur. ***