JAKARTA - Hasil penyelidikan dan penyidikan kepolisian menunjukkan, produk yang dipalsukan merupakan vaksin impor dan biasa diperoleh dengan harga mahal.

Hal ini menurut Kabareskrim lucu. Sebab, selama ini pemerintah sudah menyediakan vaksinasi gratis dengan kandungan terjamin. Meskipun, ia juga bisa memahami alasan masyarakat lebih memilih vaksin yang mahal.

"Ada suatu yang lucu, masyarakat kita cenderung pilih yang mahal bukan pilih yang gratis, saya tidak tahu mengapa. Ini fakta yang kita temukan, memang keterangan dari masyarakat yang kita dalami, alasannya, untuk anak kenapa engga cari yang bagus," ujar Kabareskrim Polri Irjen Pol Ari Dono di Komisi IX DPR, Kamis (14/7).

Ari menyebutkan, sejauh ini koordinasi dengan BPOM dan dinas kesehatan di daerah dalam penanganan vaksin palsu cukup bagus. Bahkan, BPOM ada yang melaporkan temuan mereka untuk ditindaklanjuti.

Meski begitu, sejauh ini Bareskrim baru mendalami hasil temuan kasus berdasarkan pengungkapan oleh jajaran satuan Cyber Crime Bareskrim.

Pihaknya juga menambahkan, dari sembilan daerah tempat peredaran vaksin palsu, dia mengatakam pelaku menyebut DKI, Jawa Barat dan Banten. Sementara, untuk dua daerah terakhir menurutnya masih didalami.

"Yang baru kita buka di daerah DKI. Bukan kami tidak mau buka atau sembunyikan, kalau kita buka takutnya lari," tandas Ari.***