JAKARTA - Sudah 10 orang warga Indonesia yang diculik dan disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina. Namun, negara itu tidak kunjung memberikan izin pada TNI untuk masuk dan membebaskan para WNI.

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo pun sudah ikut gerah karena itu. Menurutnya, Filipina juga akan kesulitan jika Indonesia berhenti mengirim batubara ke wilayahnya dengan kapal. Ini bisa jadi ancaman serius untuk negara yang dipimpin Rodrigo Duterte tersebut.

“Sekarang biarin aja di Filipina mati lampu, 96 persen batu bara mereka dari kita kok,” ujar Gatot di kompleks Istana Negara, Jakarta.

Menurutnya, Indonesia tidak bisa memberi tenggat waktu pada Filipina terkait kapan waktu pemberian izin untuk TNI. Satu-satunya cara adalah dengan moratorium pengiriman batu bara.

Karena itu diminta, tidak ada lagi WNI yang dalam waktu dekat melewati perbatasan ke Filipina sehingga moratorium itu bisa ampuh.

“Yang penting kita morotarium, tidak ada pengiriman batu bara. Nah sekarang bagaimana kita publik mengontrol, jangan sampai ada yg lolos ke sana, supaya mereka beri izin. Kan gitu. Mereka kan perlu juga. Akhirnya sama-sama enak,” tegas Jenderal bintang empat itu.

Jika ada kesepakatan antara Indonesia dan Filipina untuk pembebasan, TNI juga dengan senang hati mengawal kapal yang membawa batubara untuk kebutuhan listrik negara itu.

“Belum ada kesepakatan. Jika ada izin, prajurit saya dengan senang hati, empat atau lima orang ikut. Kita tunggu aja, berani enggak Abu Sayyaf ngambil (culik). Sekarang Menlu terus lakukan langkah diplomasi,” pungkasnya. ***