JAKARTA – Fraksi Gerindra seakan memperoleh amunisi baru untuk menyerang Presiden Joko Widodo saat keuangan negara tahun ini mengalami defisit besar.

Para anak buah Prabowo Subianto yang duduk di DPR menyebut, defisit itu bukti nyata kesalahan Jokowi yang terlalu pede dan tak mau dinasehati. Akhirnya, pemerintah sendiri yang repot karena pemasukan negara cekak.

Di awal penyusunan APBN 2016, pemerintah Jokowi memang begitu optimistis. APBN melonjak menjadi Rp 2.095 triliun.

Namun, seiring dengan anjloknya harga minyak dunia, lesunya ekonomi nasional, dan seretnya penerimaan pajak, pemerintah melakukan revisi besar.

Dalam rancangan APBN-P 2016, pemerintah memotong anggaran di 61 kementerian/lembaga yang totalnya mencapai Rp 50 triliun. Pemerintah juga berencana menambah utang baru untuk menutup devisit di APBN.

Gerindra mengaku sudah memprediksi bakal terjadinya peristiwa ini sejak masa kampanye dulu. Sebab, Jokowi terlihat terlalu muluk-muluk dalam membuat penganggaran.

“Saat kampanye, kami bilang bahwa janji Jokowi nggak masuk akal. Tapi, kami tidak mendapatkan dukungan. Jokowi dengan pede selalu bilang, uangnya ada. Sekarang, kita melihat buktinya seperti ini,” sindir Wakil Ketua Fraksi Gerindra Desmond J Mahesa, tadi malam (Minggu, 19/6/2016).

Saat penyusunan asumsi APBN 2016, kata Desmond, Gerindra sudah menolak angka wah yang diajukan Jokowi. Namun, saat itu suara Gerindra tidak didengar. Dengan pede, pemerintah tetap keukeuh angka Rp 2 ribu triliun bisa dicapai.

Dengan kondisi sekarang, sambung Desmond, fraksinya masih mikir-mikir untuk menyetujui pemotongan anggaran. Tapi, kalau kenyataannya negara tidak punya uang, mau tidak mau pihaknya juga setuju dengan pemotongan itu.

“Persoalan ini terjadi lantaran kegagalan pemerintah mencapai target penerimaan negara. Ini upaya rasionalisasi terhadap uang yang ada, bukan prestasi. Pemerintah jangan sok jagoan, mengesankan diri sedang melakukan penghematan,” demikian Desmon.***