JAKARTA - Bripka Seladi, polisi yang memilih nyambi jadi pemulung karena tak mau melakukan pungutan liar (pungli) sempat menyita perhatian publik. Kini giliran Aiptu Mustamin menjadi perhatian publik.

Polisi jujur yang satu ini bertugas di Makassar, Sulawesi Selatan. Sebagaimana Bripka Seladi, Aiptu Mustamin mempunyai pekerjaan sampingan sebagai tukang tambal ban di pinggir jalan tepat di belakang gedung Pengadilan Negeri Makassar.

Pria yang akrab disapa Pak Mus itu ternyata sudah menjalani profesi sampingannya sejak 20 tahun yang lalu. Kendati demikian, tak banyak pelanggan yang tahu jika Pak Mus adalah seorang polisi.

"Saya jadi polisi tahun 1979 dan mulai buka usaha tambal ban tahun 1991. Awalnya dulu saya tambal ban di Jalan Alimalaka, tapi kena penggusuran. Jadi saya pindah di belakang pengadilan tahun 2012. Saya suka kerja-kerja tambal ban," ujar polisi berpangkat Aiptu ini.

Buah kerja keras Aiptu Mustamin menjadi penambal ban, ternyata cukup untuk membantu biaya pendidikan empat anaknya. Dua di antaranya bahkan kini menjadi Kanit Intel dan Penyidik Reskrim Polres Mamasa, Sulawesi Barat.

"Anak ketigaku kerja di Jepang, dan anak bungsuku perempuan jaga warung membantu istriku," jelasnya.

Aiptu Mustamin mencari uang tambahan halal ini karena kebutuhan hidup di Makassar sangat besar. Sampai kini pun ia masih tinggal di Asrama Tallo Lama yang jaraknya puluhan kilometer dari Polsekta tempatnya bertugas.

Aiptu Mustamin mengaku tidak malu menyambi jadi tukang tambal ban. "Saya tidak pernah melalaikan tugas. Saya tidak mencuri. Saya juga tidak paksa orang. Jadi buat apa saya malu?" ujarnya. ***