BANTEN - Rahmat Arifin (20), salah satu tersangka pemerkosa dan pembunuhan Eno Parinah, mengalami banyak masalah pribadi sebelum melakukan pemerkosaan dan pembunuhan sadis. Rahmat Arifin diduga depresi lantaran ditinggal istri dan pacar. Istri dan seorang anaknya pergi lantaran mengetahui Rahmat Arifin punya selingkuhan dengan teman kerjanya di pabrik plastik PT Polyta Global Mandiri, Tangerang Banten.

Istri Rahmat Arifin marah dan kecewa. Ia tak menyangka suaminya selingkuh. Padahal, Rahmat Arifin sudah punya seorang anak. Istri Rahmat Arifin akhirnya pulang ke rumah orang tuanya.

Tak jauh berbeda dengan sang pacar yang marah saat mengetahui Rahmat Arifin sudah punya istri dan anak. Padahal, saat pacaran Rahmat Arifin mengaku masih bujang. Sang pacar merasa ditipu hingga akhirnya memilih putus.

“Dia (Rahmat Arifin) galau karena istri dan anaknya pergi. Istrinya marah setelah tahu Rahmat selingkuh,” ujar Iwan, teman mess Rahmat Arifin.

Sebelum ditinggal istri dan pacar, Rahmat Arifin beberapa kali menggoda Eno Parinah. Rahmat Arifin yang tinggal di mess PT Polyta Global Mandiri menyukai Eno Parinah, tetangga kamarnya.

Namun, rayuan Rahmat Arifin tak ditanggapi Eno Parinah. Eno tak pernah membalas SMS Rahmat Arifin maupun mengangkat teleponnya. Malahan, Eno Parinah pernah menyebut Rahmat Arifin pahit dan jelek. Hal itulah yang membuat Rahmat Arifin kecewa.

Sakit hati yang dirasakan Rahmat Arifin memuncak saat mengetahui Eno Parinah bercumbu dengan bocah SMP berinisial RA (15) di kamarnya pada Kamis (11/5/2016) tengah malam.

Padahal, Eno Parinah baru mengenal RA satu bulan terakhir. Rahmat Arifin yang mendengar cerita dari RA, langsung mengajak RA dan Imam untuk masuk ke kamar Eno Parinah.

Rahmat Arifin lantas melampiaskan rasa sakit hati dan dendamnya kepada Eno. Rahmat menganiaya, memperkosa, dan membunuh Eno Parinah. Rahmat Arifin dibantu Imam dan RA membunuh Eno Parinah secara sadis.

Mereka memasukkan gagang cangkul ke dalam kemaluan Eno Parinah hingga menembus ke bagian dada korban. Gagang cangkul sepanjang 65 centimeter masuk ke dalam organ tubuh Eno Parinah sekitar 90 persen.

“Berdasarkan hasil otopsi, saat cangkul dimasukkan ke dalam kemaluannya, korban (Eno Parinah) masih dalam kondisi hidup tapi sudah sekarat,” ujar Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Krishna Murti.***