JAKARTA - PNS bakal menerima gaji sebanyak 14 kali selama setahun. Ini sebagai ganti kenaikan gaji. Dua kali gaji tambahan adalah untuk tunjangan hari raya (THR) dan keperluan anak sekolah. Ketentuan pencairan dua kali gaji tambahan itu masih menunggu Peraturan Pemerintah (PP).
Kepala Biro Hukum, Komunikasi, dan Informasi Publik Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) Herman Suryatman mengatakan, sampai tadi malam PP yang ditunggu-tunggu 4,4 juta PNS itu belum terbit. "Posisi sekarang masih harmonisasi antar kementerian. Dibahas di Kemenkum-HAM," katanya di Jakarta.

Menurut Herman, ada potensi dua gaji tambahan itu bakal cair hampir bersamaan. Namun, Herman belum bisa berspekulasi kapan PP tersebut bakal dikeluarkan. Menurut sejumlah informasi, PP itu akan terbit Juli nanti. Sebab menyesuaikan dengan jatuhnya lebaran pada 6 Juli. Selain itu tahun ajaran baru 2016/2017 juga dimulai setelah lebaran.

Herman mengatakan, pencairan gaji ke-14 sebagai THR itu harus dimaknai sebagai upaya pemerintah untuk menggerakkan integritas di kalangan PNS. Dia tidak bisa memungkiri, selama ini banyak PNS yang melakukan beragam cara untuk mencari uang tambahan sebagai THR. Sebab kebutuhan mendekati lebaran, pasti lebih besar dibanding hari-hari biasanya.

Pejabat yang hobi mencipta lagu itu menjelaskan pemberian gaji ke-13 dan ke-14 harus diimbangi dengan peningkatan kualitas PNS dalam melayani masyarakat. "Kedisiplinan menerapkan jam kerja harus diutamakan," jelasnya. Selain itu Herman juga berharap PNS memberikan layanan yang ramah.

Pengamat pendidikan Indra Charismiaji mengatakan sebagai besar PNS di Indonesia adalah guru. Dia berharap para guru bisa memanfaatkan pencairan gaji ke-13 dan ke-14 itu dengan bijak. Semakin banyaknya pemberian gaji, dia berharap tunjangan profesi guru (TPG) dialokasikan benar-benar untuk kepentingan peningkatan profesi. "Guru semakin sejahtera, harus diikuti perbaikan profesionalitas," jelasnya.

Dia menyesalkan jika ada guru yang membelanjakan seluruh gaji dan TPG untuk urusan konsumerisme. Sebaliknya guru melupakan kewajiban untuk terus menimba ilmu. (jpnn)