SEMARANG - Musibah menimpa ratusan siswa SMA Negeri 3 Semarang yang baru saja lulus tahun ini. Sebanyak 380 siswa IPA reguler tidak satu pun lulus Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2016 di perguruan tinggi mana pun.

Para orangtua pun menyesalkan hal itu dan menduga berkaitan dengan sistem kredit semester (SKS) yang diberlakukan di sana. SMAN 3 Semarang ini adalah sekolah favorit. Setiap tahunnya banyak lulusan sekolah ini masuk ke universitas negeri.

Kejanggalan dalam musibah tidak lulusnya siswa SMAN 3 Semarang itu karena semuanya berasal dari kelas IPA reguler yang menerapkan SKS, sedangkan kelas lain yang tidak menjalankan sistem tersebut baik-baik saja. Para orang tua pun sudah menyampaikan protes kepada pihak sekolah ketika acara wisuda yang digelar hari Selasa (10/5) kemarin.

Salah satu orangtua siswa Prof Dr H Masrukhi, MPd, mengatakan pihak orang tua siswa yang bersangkutan sudah berunding dan mendesak pihak sekolahan untuk mencari tahu akar penyebabnya sehingga para murid yang menjalankan sistem SKS justru mendapatkan masalah.

"Ini saya katakan musibah. Dari pertemuan orang tua dan kepala sekolah, kami minta kepala sekolah menyelidiki apakah ada masalah pada pengisian nilai atau apa," kata Masrukhi kepada detikcom, Rabu (11/5/2016).

Rektor Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) ini menyayangkan musibah yang menimpa sekolahan yang notabene menjadi sekolah favorit di Kota Semarang itu. Para siswa yang tidak lulus SNMPTN pun banyak yang berprestasi dan itu menjadi salah satu kejanggalan.

"Anak saya daftar ke Teknik Informatika UGM. Kasihan, kok 380 anak tidak lulus semua," tandasnya.

Sebanyak 380 sisa tersebut merupakan siswa IPA reguler yang mengikuti SKS sejak semester 1 sampai 5. Sedangkan kelas lainnya yaitu IPS dan IPA Akselerasi tidak menggunakan SKS dan ada yang diterima SNMPTN.

"Jadi dari kelas IPS teguler itu ada yang diterima dan IPA Akselerasi ada juga," pungkasnya.

Emosi tentu saja tidak terbendung dari orangtua siswa. Masrukhi pun sudah berbincang dengan para orang tua lainya agar mendesak sekolahan mencari akar masalahnya. Saat ini pihaknya masih menunggu usaha dari pihak sekolah dan juga berusaha memberikan pengertian kepada anaknya.

"Ada yang emosi, karena kita ini dirugikan. Tapi saya minta agar mencari akar masalahnya, kalau SNMPTN diulang kan tidak mungkin. Saya sampaikan ke anak semoga ada hikmahnya. Banyak yang berprestasi di sana, anak saya juara karya ilmiah juga tingkat provnsi," tegasnya.

"Saya dengar sekolah lain yang menerapkan sistem SKS tidak masalah," imbuh Masrukhi.

Ini Penyebabnya

Penyebab ratusan siswa SMAN 3 Semarang tak lolos SNMPTN 2016 akhirnya terungkap. Rupanya, ada nilai tak terisi dalam database online sekolah favorit yang menerapkan sistem SKS itu.

SNMPTN adalah seleksi yang memakai komputer dan sistem berdasarkan Pangkalan Data Sekolah & Siswa (PDSS) online. PDSS ini memuat data-data siswa, termasuk riwayat nilai rapor dari tahun pertama hingga tahun terakhir siswa.

Sekolah diharuskan memiliki database siswa hingga riwayat nilai rapornya dan mengunggahnya ke sistem yang dinamakan Pangkalan Data Sekolah & Siswa (PDSS) online. Dari sistem ini, tiap siswa akan memperoleh password yang berbeda dan kemudian password ini dibagikan dari sekolah ke siswa.

Melalui password yang dimiliki, siswa memverifikasi data dan kemudian mendaftar SNMPTN memilih 2 jurusan dari 2 PTN, salah satu PTN harus berada di kota asal siswa. Siswa juga diminta mengunggah fotonya, kemudian siswa nanti akan mendapatkan kartu tanda pendaftaran.

Kepala sekolah memberikan rekomendasi pada setiap siswa yang mendaftar. Bagi yang mendaftar di cabang olahraga dan seni, harus pula mengunggah portofolio karya dan prestasinya. Proses seleksi berdasar data-data akademis selama bersekolah di SMA itu.

Nah, dasar seleksi SNMPTN adalah dari riwayat nilai-nilai siswa itu. Menurut Panitia SNMPTN 2016, ada nilai-nilai yang tidak diisi dalam PDSS itu sehingga mengurangi bobot nilainya.

"Peserta sekolah sudah diberi info, silakan menentukan kelas 3 pakai kurikulum yang mana. Kalau SKS ikuti apa yang harus diisi, mereka tidak mengikuti itu. Kekeliruan mengisi di PDSS, ada yang nilainya tidak dimasukkan di formulir. Itu yang menyebabkan mereka banyak yang nggak lulus," ungkap Kepala Panitia SNMPTN 2016, Prof Dr H Rochmat Wahab, MPd, MA saat dikonfirmasi detikcom, Rabu (11/5/2016).

Ketika ditanya bagian formulir mana yang tidak diisi, Rochmat yang juga merupakan Rektor Universitas Negeri Yogyakarta ini menjawab, "Nilai pelajaran tertentu semester 1 atau 3 tidak terisi dan itu menyebabkan di sistemnya tidak tercatat. Kalau tidak mengisi angka kan nggak ada nilainya. Kan ada beberapa pelajaran agama, bahasa Indonesia, matematika. Nah, mata pelajaran yang tidak dimasukkan (nilainya), kan berkurang nilainya, tidak satu-dua yang yang tidak mengupload (nilai) itu".

Saat ini, pihak SMAN 3 Semarang sedang mencari tahu penyebab "musibah" yang menimpa 380 siswa IPA reguler sehingga tidak lolos SNMPTN 2016 di universitas mana pun. Bahkan Dinas Pendidikan Kota Semarang turut mendampingi. Mereka akan meminta penjelasan dari Panitia SNMPTN 2016.***